Ads 468x60px

Kapal Perusak

Kapal Perusak (Destroyer)

Kapal perusak atau destroyer merupakan kapal perang yang mampu bergerak cepat serta lincah bermanuver. Fungsi kapal perusak adalah memproteksi armada kapal perang yang berukuran lebih besar seperti kapal induk (carrier) atau capital warship (kapal tempur (battleship) atau kapal penjelajah (cruiser)) dari ancaman serangan peralatan perang yang lebih kecil seperti kapal...

Read More
Historical Battle of Iwo

Historical Battle of Iwo Jima

Pertempuran Iwo Jima terjadi antara 19 Februari - 26 Maret 1945, (dengan kode sandi Operasi Detasemen) adalah pertempuran di mana Amerika Serikat bertujuan merebut Iwo Jima dari Jepang. Invasi AS memiliki misi merebut dua lapangan udara di Iwo Jima. Dalam pertempuran tersebut, Amerika Serikat berhasil merebut Iwo Jima, termasuk pangkalan udara yang ada di pulau milik Jepang tersebut. Perang ini disebut sebagai perang tersengit...

Read More
Olimpedit quo minus

Mitsubishi A6M/Zero

Mitsubishi A6M yang terkenal, secara popular disebut dengan julukan “Zero”, adalah pesawat tempur kapal induk pertama di dunia yang mampu mengalahkan pesawat tempur “land-based” sejaman yang dia hadapi. Karena kecerobohan inteligen Sekutu, pesawat ini mampu meraih superioritas udara intermediet diatas Hindia Timur dan Asia Tenggara....

Read More
Itaque earum rerum

TBF Avenger

Grumman TBF Avenger adalah pesawat pembom torpedo yang awalnya dikembangkan untuk Angkatan Laut Amerika Serikat dan Korps Marinir , dan pada akhirnya digunakan oleh beberapa angkatan laut dunia. Mengawali karir AS pada tahun 1942, dan memulai debutnya pada Pertempuran Midway . Akibat minimnya pengalaman penerbang pembom torpedo Amerika,...

Read More
Epudiandae sint molestiae

KRI Irian

Kapal jenis ini adalah Kapal Penjelajah konvensional terakhir yang dibuat untuk AL Soviet, 13 kapal diselesaikan sebelum Nikita Khrushchev menghentikan program ini karena kapal jenis ini dianggap kuno dengan munculnya rudal (peluru kendali). Kapal ini adalah versi pengembangan dari Penjelajah Kelas Chapayev. KRI Irian sebenarnya adalah kapal Penjelajah Ordzhonikidze dari armada Baltik AL Soviet...

Read More
Sahut aut reiciendis

Tank Tiger, Masterpiece From world War 2

Tank Tiger adalah salah satu jenis Tank Berat Jerman yang beroperasi pada waktu Perang Dunia ke 2. Nama resmi Tiger adalah PzKpfw VI Ausf. E yang disandangnya sejak Maret 1943. Tank Tiger muncul pertama kali pada tahun 1942 sebagai usaha Jerman untuk mengalahkan Tank Uni Soviet, T 34 yang terkenal dengan mobilitas dan daya serang yang tinggi. Tank Tiger dirancang oleh Henschel dan Sohn dengan berat sekitar 60 ton tiap buahnya. Selama Perang...

Read More

Kamis, 21 Juni 2012

ATD-X Shin-Shin, Pesawat Eksperimen Jepang


Pesawat ATD-X merupakan pesawat eksperimen berkemampuan siluman buatan Mitsubishi Heavy Industries yang nantinya akan digunakan oleh Japan Air Self-Defense Force. Mitsubishi ATD-X Shinshin adalah pesawat tempur baru generasi ke 5 yang mengunakan teknologi siluman. Pesawat ini sedang dibangun oleh Japanese Ministry of Defense Technical Research and Development Institute (TRDI) untuk kepentingan penelitian. Sedangkan nama ATD-X sendiri merupakan kepanjangan dari "Advanced Technology Demonstrator - X". Banyak yang mempercayai bahwa pesawat ATD-X ini merupakan pesawat tempur siluman pertama buatan Jepang. Sedangkan nama pesawat ini dalam bahasa Jepang adalah 心神 (shin-shin) yan berarti suatu pemikiran (one's mind). Pesawat ATD-X ini direncanakan terbang untuk pertama kali pada tahun 2014 akan tetapi besar kemunkinan penerbanan pertama akan mundur waktu pelaksanaannya dan palin lambat penerbangan pertama akan dilakukan tanggal 14 Juni 2016.

Pengembangan
Prototipe ATD-X
 Pesawat ini dibuat karena keinginan Jepang untuk mengganti pesawat tempurnya yang sudah lama dipakai. Untuk usaha penggantian pesawat tempur ini Jepang berusaha mendekati Washington untuk melakukan penjajakan pembelian pesawat siluman buatan Amerika Serikat yaitu F-22 Raptor. Akan tetapi pihak Konggres Amerika Serikat telah berulang kali melarang penjualan pesawat F-22 Raptor ke luar negara Amerika Serikat dalam usaha pihak Amerika Serikat untuk melindungi teknologi rahasia yang sangat maju yang mereka miliki. Dengan penolakan ini mendorong Jepang untuk membangun pesawat tempur modern sendiri yang dilengkapi dengan kemampuan siluman dan sistem-sistem lain yang sangat maju. Model pesawat ATD-X ShinShin telah melampaui uji darat berupa uji radar cross section di Perancis tahun 2005. Lalu dengan rasio kontrol 1/5 skala model telah menjalani uji terbang pertama pada tahun 2006 untuk mendapatkan data mengenai kemampuan dari sudut serang dan mencoba menguji peralatan sensor baru serta self-repairing flight control systems.

Setelah lolos dari uji pertama ini keputusan diambil pada tahun 2007 untuk mendorong proyek multi milyar yen yang dijangka dapat ditempuh dalam waktu 10 tahun untuk sampai tahap produksi pesawat yaitu pada tahun 2017. Dan pada tahun 2007 pula proyek pembuatan pesawat ATD-X ShinShin akan melibatkan perusahaan besar dari Amrika Serikat yaitu Lockheed Martin.

Desain 
Desai ATD-X
Desain pesawat ATD-X ShinShin akan menggunakan teknologi pesawat demontrator dan merupakan perpaduan pesawat tempur enerasi ke 4 dan ke 5 dari Amerika Serikat, terutama dari pesawat F-22 Raptor. Daya dorong pesawat ATD-X diatur dengan menggunakan 3 buah dayung pada setiap ujung mesin seperti yang terdapat pada pesawat Rockwell X-31. Fitur lain yang terdapat pada pesawat ATD-X ini adalah memiliki teknologi fly-by-optics untuk sistem kontrol penerbangan yang menggantikan optical fibers. Dengan teknologi ini transfer data bisa lebih cepat dan kebal dari pengaruh electromagnetic disturbance.
Untuk radar mengunakan teknologi active electronically scanned array (AESA) yang disebut dengan 'Multifunction RF Sensor', yang memiliki kemampuan electronic countermeasures (ECM), electronic support measures (ESM), fungsi komunikasi, dan juga mungkin untuk kemampuan senjata gelombang mikro.
Fitur yang lebih maju memiliki kemampuan yang disebut dengan 'Self Repairing Flight Control Capability' yang memungkinkan pesawat mendeteksi kegagalan sistem atau bahaya pada flight control surfaces.
Japan Air Self-Defense Force dilaporkan meminta informasi penggunaan mesin dengan daya dorong antara 10 sd 20 ribu pound untuk digunakan pada pesawat prototipe sampai menjadi pesawat tempur dan mesin dibuat oleh Ishikawajima-Harima Heavy Industries. 

Spesifikasi ATD-X
Awak: 1 orang.
Panjang: 14.174 meter (46.50 kaki)
Lebar sayap: 9.099 meter (29.85 kaki)
Tinggi: 4.514 meter (14.80 kaki)
Bobot maksimum lepas landas: 8 ton (17.636 pound)
Mesin: 2 × IHI XF5-1
Dorongan kering: masing-masing 10 ton (22.046 pound)
Dorongan dengan pembakar lanjut: masing-masing 15 ton (33.069 pound)

F-20 Tiger Shark


F-20 Tigershark adalah pesawat tempur hasil pengembangan dari F-5 Tiger II buatan Northrop Grumman, Amerika Serikat. Walaupun mengusung teknologi yang cukup maju untuk kebutuhan pesawat tempur abad ke-21 dan telah dipertontonkan kehebatannya dalam berbagai pameran di dunia termasuk pameran kedirgantaraan Farnborough di Inggris, pesawat ini dihentikan produksinya karena tidak ada satupun pesawatnya yang laku terjual, meski sebenarnya ditujukan untuk menggantikan pesawat F-5 Tiger II yang dioperasikan oleh negara-negara dunia ketiga yang umumnya memiliki anggaran militer terbatas.

Penyebabnya adalah kebijakan pemerintah Amerika Serikat sendiri yang memang tidak berminat mengoperasikan pesawat ini dalam jajaran armadanya, selain itu pemerintah Ronald Reagan sendiri tidak mengizinkan penjualan pesawat tersebut ke negara yang saat itu ditujukan sebagai pembeli potensial yakni India dan Taiwan, alasannya adalah pesawat itu terlalu bagus.

Dengan kemampuannya yang cukup modern, bila pembelinya Taiwan, akan membuat buruknya hubungan Amerika Serikat-RRC, sementara bila pembelinya adalah India, maka dikhawatirkan akan jatuhnya teknologi maju yang diterapkan pada pesawat tersebut ketangan Uni Soviet melalui jaringan spionasenya di India. Sementara Arab Saudi yang berminat membeli sejumlah 200 pesawat untuk meremajakan armadanya yang terdiri atas 200 pesawat F-5 Tiger II, mau membelinya jika pesawat itu juga masuk dalam jajaran operasional militer Amerika Serikat.

Miniatur F-5 Dan F-20
Pesawat tempur ini sebenarnya adalah pesawat yang relatif murah dalam harga dan pengoperasiannya dibandingkan pesawat-pesawat tempur mutakhir lainnya seperti F-4 dan F-16 yang juga ditujukan pada negara-negara sahabat Amerika Serikat. Dengan biaya untuk pengadaan enam pesawat F-4 Phantom, dapat digunakan untuk mengadakan 14 pesawat (satu skadron) F-20 Tigershark. Disebutkan juga biaya terbangnya hanya kurang dari 1000 dolar AS perjam. Bandingkan dengan F-16 yang dua kali lipatnya, bahkan Tornado yang memakan lebih dari tiga kali lipatnya.

Selain cukup murah dan mudah dalam perawatannya, F-20 juga memiliki waktu reaksi cukup cepat. Dalam tempo 2 menit 30 detik F-20 sudah berada 20 km dari pangkalannya dalam ketinggian 32000 feet dan mengunci pesawat musuh dalam radius 90 km dari pangkalannya.
Sosoknya yang tidak jauh beda dengan F-5 Tiger II, memiliki kemampuan melesat dengan dua kali kecepatan suara (Mach-2), dilengkapi sistem avionik dan teknologi propulsi, sistem kendali yang cukup modern serta kemudi yang semua ditangani secara elektrik (fly-by-wire) yang diadopsi juga oleh F-16.


Mesin
Uji Coba Mesin General Electric F404
Menggunakan satu mesin General Electric F-404 dengan diameter 88 cm dan berat 907 kg, yang juga diguanakan pada F/A 18 Hornet. Mesin ini berdaya dorong 60 persen lebih besar dari kedua mesin J-85-GE-21 yang digunakan F-5 Tiger II dengan daya dorong 10.000 lbs. Mesin ini dikenal irit bahan bakar dengan konsumsi 60% dari pemakaian bahan bakar yang digunakan oleh pesawat tempur berkecepatan Mach-2. Dengan bahan bakar yang sama, pesawat F-20 dapat melakukan dua sortie penerbangan dibandingkan dengan pesawat tempur yang dipakai dalam armada udara AS.

Bila dibandingkan dengan mesin GE-79 yang dioperasikan F-14 Tomcat, maka mesin ini memiliki 19.000 bagian lebih sedikit , kompresor dan turbin yang kecil dibandingkan mesin pertama. Mesin ini tidak mengalami tanda-tanda stall bila dioperasikan dan telah diujicoba oleh Angkatan Laut AS, termasuk ujicoba dalam menghadapi tekanan atau gaya gravitasi. Bisa dikatakan mesin F-20 sangat ringan, kuat dan berdaya dorong tinggi dan mudah dirawat.

Persenjataan
F-20 dilengkapi dengan dua kanon M-39 kaliber 20 mm dengan kecepatan tembak 1400 peluru/menit dengan cadangan 450 ikat amunisi. Selain itu dapat juga dipersenjatai dengan kanon Gatling GAU-8 Avenger seperti yang diaplikasikan pada A-10 Thunderbolt II yang teruji dalam perang dapat menghancurkan tank.
F-20 dilengkapi dengan rudal standar untuk pertempuran udara ke udara (Air to Air doghfight) AIM-9 Sidewinder serta rudal jarak jauh BVR (beyond visual range) AM-120 AMRAAM, rudal udara ke darat (Air Ground Missiles) AGM-65 maverick sebanyak empat rudal, serta berbagai macam bom standar seperti Bom Mk-82, smart bomb (bom pintar) serta GEPOD 30 mm (pod tambahan canon 30 mm diluar pesawat). Sementara untuk konfigurasi bantuan udara (Close Air Support) F-20 dapat membawa tujuh bom Mk-82, dua sidewinder dan dua tangki bahan bakar plus persenjataan lainnya.

Dengan kemampuan, ketangguhan dan mudahnya dalam operasional dan perawatan, F-20 Tigershark sebenarnya cukup mampu dioperasikan oleh negara negara maju lebih-lebih negara-negara dunia ketiga yang memiliki anggaran militer khususnya angkatan udara terbatas. Namun tidak adanya dukungan dari Pemerintah Amerika Serikat, dengan sendirinya negara-negara dunia ketiga enggan untuk mengoperasikannya. Hal yang sering dialami oleh produsen persenjataan negara-negara Barat yang sering bertolak belakang dengan kebijakan politik pemerintahannya serta persaingan tidak sehat antar produsen senjata, sehingga hal yang ironis seperti persenjataan yang murah, mudah dan modern sering bernasib hanya sampai di tingkat ujicoba dan prototype saja.



Karakteristik umum
    Kru: 1 pilot
    Panjang: 47 ft 4 in
    Lebar sayap: 27 ft 11.9 in / 8.53 m; with wingtip missiles
    Tinggi: 13 ft 10 in
    Luas sayap: 200 ft²
    Bobot kosong: 13,150 lb
    Bobot terisi: 15,480 lb
    Bobot maksimum lepas landas: 27,500 lb
    Mesin: 1× General Electric F404-GE-100 turbofan, 17,000 lbf

Kinerja
    Laju maksimum: Mach 2+
    Radius tempur: 300 nmi ; for hi-lo-hi mission with 2 × 330 US gal (1,250 L) drop tanks
    Jarak jangkau ferri: 1,490 nmi ; with 3 × 330 US gal (1,250 L) drop tanks
    Batas tertinggi servis: 55,000 ft
    Laju panjat: 52,800 ft/min
    Beban sayap: 81.0 lb/ft²
    Dorongan/berat: 1.1

Persenjataan

    Senjata api: 2× 20 mm (0.79 in) Pontiac M39A2 cannons in the nose, 280 rounds each
    Hardpoint : Five external hardpoints dengan kapasitas 8,000 lb (3,600 kg) of bombs, missiles, rockets and drop tanks for extended range,
    Roket: 2× CRV7 rocket pods Or
    2 × LAU-10 rocket pods with 4 × Zuni 5 in (127 mm) rockets each Or
    2 × Matra rocket pods with 18× SNEB 68 mm rockets each
    Rudal: 2× AIM-9 Sidewinders on wingtip launch rails (similar to F-16 and F/A-18)
    AGM-65 Maverick air-to-surface missiles on hardpoints
    Bom: Various air-to-ground ordnance such as Mark 80 series of unguided iron bombs (including 3 kg and 14 kg practice bombs), CBU-24/49/52/58 cluster bomb munitions, M129 Leaflet bomb

USS Arizona (BB-39)


USS Arizona

USS Arizona (BB-39) adalah kapal tempur kelas Pennsylvania yang dibuat oleh dan untuk Angkatan Laut Amerika Serikat (AL AS). Kapal ini merupakan kapal ketiga yang dinamai dengan negara bagian Arizona, dan masuk dinas aktif pada tahun 1916.

USS Arizona memorial
Arizona bersama delapan kapal tempur lainnya, yang merupakan bagian dari Armada Pasifik AL AS, tengah berlabuh di Pearl Harbor sewaktu Jepang melancarkan serangan dadakannya pada tanggal 7 Desember 1941. Arizona terkena bom tepat pada gudang amunisinya sehingga meledak dan karam dengan 1.177 orang awaknya.

Karena Arizona tenggelam di perairan yang relatif dangkal, superstrukturnya tetap berada di atas permukaan air. Bagian ini kemudian dibongkar, namun lambungnya yang berada di bawah permukaan air dibiarkan sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi awaknya yang gugur. Pada tanggal 30 Mei 1962, AS mendirikan USS Arizona Memorial tepat di atas bangkai kapal Arizona, untuk penghormatan kepada mereka yang gugur pada serangan tanggal 7 Desember 1941 tersebut.

Nama:                                                 USS Arizona
Asal nama:                                          Arizona
Dipesan:                                              4 March 1913
Pembangun:                                         Brooklyn Navy Yard
Biaya:                                                  $16,000,000
Dihentikan:                                          16 Maret 1914
Diluncurkan:                                        19 Juni 1915
Mulai berlayar:                                     17 Oktober 1916
Dipensiunkan:                                      29 Desember 1941
Mogok:                                               1 Desember 1942
Identifikasi:                                           Nomor lambung BB-39
Nasib:                                                  Tenggelam saat serangan Jepang ke Pearl Harbor, 7 Desember 1941

Kelas dan jenis:                                   kapal tempur kelas Pennsylvania
Displacement:                                     29.626 ton (standar)
Panjang:                                              608 kaki (185 m)
Lebar:                                                  97 kaki (30 m)
Draft:                                                  29 ft 3 in (8.9 m)
Tenaga:                                               29.366 shp (saat tes)
Pendorong:                                         4 shafts
4 set turbin uap Parsons
12 Babcock & Wilcox water-tube boilers
Kecepatan:                                          21 knot (39 km/h; 24 mph)
Jangkauan:                                          8.000 nmi (15,000 km) dengan kecepatan 10 knot (19 km/h; 12 mph)
Perlengkapan:                                     55 perwira and 860 pelaut


Senjata:                                              
4 × 3 meriam 14-inci (360 mm), kaliber 45
22 × 1 meriam 5-inci (130 mm), kaliber 51
4 × 1 meriam anti serangan udara 3-inci (76 mm), kaliber 50
2 × pelontar torpedo 21-inci (533 mm)
Pelindung:                                           Belt: 13,5-8 inci (343-203 mm)
Bulkhead: 13-8 inci (330-203 mm)
Barbette: 13 inci (330 mm)
Turrets: 18 inci (457 mm)
Dek: 5 inci (127 mm)
Conning tower: 16-14 inci (406-356 mm)

SMS Schleswig-Holstein, Kapal Tua Yang Ikut Perang Dunia Ke-2


Schleswig-Holstein adalah kapal perang Jerman yang bertempur dalam dua perang dunia. Tembakan dari kapal ini ke pangkalan Polandia di Westerplatte pada 1 September 1939, dikatakan sebagai tembakan pertama dalam Perang Dunia II.

Sejarah

SMS Schleswig-Holstein adalah satu dari lima kapal perang pra-dreadnought, kelas Deutschland (harap tidak dibingungkan dengan nama kelas yang sama dari kapal perang poket), dinamai berdasarkan wilayah Jerman paling utara, Schleswig-Holstein. Kapal ini dibangun di Galangan Kapal Germania Werft di Kiel dan mulai bertugas di Kaiserliche Marine pada 6 Juli 1908.
Schleswig-Holstein terlibat dalam Perang Dunia I pada Pertempuran Jutland, dimana kapal ini tertembak satu kali oleh senjata skuadron tempur Inggris ke-2. Setelah perang, kapal ini adalah satu dari enam kapal perang tua Jerman yang diijinkan beroperasi. Di akhir proses modifikasi pada 1926, dua cerobong asapnya disatukan, menguranginya dari tiga menjadi dua. Dari 1926 hingga 1935 kapal ini menjadi kapal bendera angkatan laut Jerman. Pada 1936 Schleswig-Holstein diubah menjadi kapal latih.

Perang Dunia II
Meskipun termasuk tua pada saat pecahnya Perang Dunia II, kapal ini mengambil bagian dalam beberapa operasi. Pada akhir Agustus 1939, Schleswig-Holstein berlayar ke Danzig, dengan dalih kunjungan kehormatan, dan bersauh di selat dekat Westerplatte. Pada 1 September 1939, 04.45 pagi, Schleswig-Holstein mulai membombardir garnisun Polandia di Westerplatte – dan dapat dianggap sebagai tembakan pertama dalam PD II. Pertempuran Westerplatte berlangsung selama tujuh hari. Setelah jatuhnya Westerplatte, Schleswig-Holstein menyerang Gdynia, Kepa Oksywska, dan Semenanjung Hel.

Pada April 1940, Schleswig-Holstein ambil bagian dalam usaha pendudukan Denmark, dan kemudian kembali menjadi kapal latih dari 1941 hingga 1944, dan pada September 1944 menjadi kapal anti pesawat terbang. Pada 19 Desember 1944, di Gdynia, kapal ini terhantam oleh tiga bom yang dijatuhkan pesawat-pesawat Inggris, terbakar dan tenggelam sedalam 12 meter. Kapal kemudian dihancurkan lebih jauh oleh awaknya pada Maret, 1945. Setelah Perang Dunia II, kapal ini diangkat oleh Uni Soviet dan ditarik ke Tallinn dan dinamai kembali sebagai Borodino. Kapal kemudian diletakkan dekat Pulau Osmussaar di Laut Baltik pada 1948 dan digunakan sebagai kapal sasaran hingga 1960-an. Sisa-sisa kapal masih ada dan tempat tersebut dilindungi oleh Dewan Warisan Nasional Estonia sebagai benda bersejarah sejak 2006.

Antonov AN-225 Mriya


Antonov An-225 Mriya merupakan pesawat terbesar kedua didunia yang dibuat oleh Perusahaan Antonov. Nama belakang pesawat ini Мрія (Mriya) yang dalam bahasa Ukraina berarti Mimpi atau Inspirasi.
Dahulu pesawat ini digunakan untuk mengangkut pesawat ulang alik Buran menggantikan Myasishchev VM-T. Namun seiring dengan bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991 dan proyek Buran yang tidak dilanjutkan lagi tahun 1993 pesawat ini terpaksa tidak beroperasi (tidak tampak)  selama hampir 8 tahun. Pada tahun 2001, pesawat ini kembali dioperasikan dengan menjadi pengangkut berat yang bernomor penerbangan UR-82060 (yang sebelumnya СССР-82060) sampai sekarang.

Sebenarnya, pesawat ini akan dibuat dua unit. Namun hanya satu yang selesai dan digunakan (UR-82060), sedangkan yang kedua dijadwalkan rampung pada tahun 2008 lalu ditunda. Sampai Agustus 2009, pesawat kedua tidak rampung juga dan pengerjaannya telah ditinggalkan. Pesawat ini pernah mendarat di LANUD Iswahyudi Magetan untuk membawa 4 pesawat Sukhoi pesanan Indonesia dari Russia 2008 lalu.



Data dari Vectorsite,
Karakteristik umum

    Kru: 6
    Payload: 250,000 kg
    Panjang: 84 m
    Lebar sayap: 88.4 m
    Tinggi: 18.1 m
    Luas sayap: 905 m2
    Bobot kosong: 285,000 kg
    Bobot maksimum lepas landas: 600,000 kg
    Mesin: 6× ZMKB Progress D-18 turbofans, 229.5 kN masing-masing
    Lari lepas landas: 3.500 m (11,000 kaki) dengan beban maksimum

Kinerja

    Laju maksimum: 850 km/h (460 knots, 530 mph)
    Laju jelajah: 800 km/h (430 knots, 500 mph)
    Jarak jangkau:
    Bahan bakar penuh: 15,400 km
    Batas tertinggi servis: 11,000 m
    Beban sayap: 662.9 kg/m²
    Dorongan/berat: 0.234




Dornier Do-X, Pesawat Amfibi Terbesar di masa perang dunia ke-2


Ilustrasi Dornier Do-X

Dornier Do X adalah pesawat terbang amphibi terbesar, terberat, dan juga paling kuat di dunia pada masanya. Dornier Do X, diproduksi oleh perusahaan Dornier Jerman pada tahun 1929. Pertama kali dirancang oleh Dr Claudius Dornier pada tahun 1924.Dornier Do-X dijuluki sebagai perahu terbang besar. Pesawat terbang ini memang dirancang untuk tinggal landas dan mendarat diatas permukaan air. Dioperasikan pertama kali oleh Lufthansa, sebuah maskapai penerbangan terbesar di Eropa yang berasal dari Jerman.
Perencanaan awal dimulai pada akhir tahun 1925 dan setelah menghabiskan lebih dari 240.000 jam kerja, rancangan itu selesai pada Juni 1929. Hanya Tupolev ANT-20 yang dirancang oleh Maxim Gorki Landplane dari Rusia yang diluncurkan beberapa tahun kemudian, yang mampu menandingi ukuran fisik Dornier Do X.Akan tetapi Tupolev ANT-20 tapi tidak mempunyai bobot seberat Do X. Tupolev ANT-20 memiliki bobot 53 ton, masih kalah bila dibandingkan dengan Do X yang mempunyai bobot hingga 56 ton.


Proyek Do X sepenuhnya dibiayai oleh Departemen Transportasi Jerman dan dibangun di sebuah pabrik yang dirancang khusus di Altenrhein, sebuah wilayah didataran Swiss dekat dengan Danau Constance. Wilayah pabrik yang berada diluar Jerman dipilih dalam rangka untuk menghindari Perjanjian Versailles yang melarang setiap pesawat dibangun dengan melebihi batas kecepatan dan ukuran untuk dibangun di Jerman setelah Perang Dunia I.
Dornier Do-X pertama kali di-uji coba terbang pada tanggal 12 Juli 1929 dengan membawa 14 orang awak. Untuk lebih mendapatkan kepercayaan dari masyarakat pada kemampuan pesawat, pada uji penerbangan yang ke-70 tanggal 21 Oktober 1929, sebanyak 169 orang penumpang diikutkan dalam penerbangan tersebut. Sebagian besar penumpang terdiri dari para pekerja yang terlibat dalam pembuatan Dornier Do-X dengan keluarganya masing-masing. Dan penerbangan tersebut memecahkan rekor dalam hal jumlah penumpang. Rekor ini terus bertahan hingga 20 tahun setelah itu.
Satu tahun kemudian Dornier Do-X melakukan misi penerbangan. Perahu terbang raksasa ini lepas landas dari Danau Costance – Jerman menuju New York – Amerika. Rute penerbangannya adalah Amsterdam (Belanda), Lisbon (Portugal), Rio de Janeiro (Brazil) dan Miami (Florida). Penerbangan ini dimulai pada tanggal 3 November 1930 dibawah pimpinan Capt. Friedrich Christiansen.

 Penerbangan ini mengungkapkan beberapa dari kekurangan pesawat tersebut. Diantaranya konsumsi bahan bakar yang berlebihan. Pesawat seperti terhuyung-huyung di udara dengan berat lepas landas 55 ton. Bahkan, pesawat terasa sangat berat meskipun dirancang untuk bisa terbang hingga pada ketinggian 10.000. Dornier Do-X diharapkan bisa menyelesaikan penerbangan penumpang transatlantik, tapi ternyata pesawat ini terlalu banyak memiliki masalah. Hampir sepuluh bulan berlalu sebelum DO-X mendarat di pelabuhan New York, dan meskipun menyelesaikan tiga penyeberangan lainnya, jelas bahwa perahu terbang raksasa ini tidak bisa memberikan layanan penumpang efisien untuk penerbangan antara Eropa dan Amerika Serikat.
Karena kurangnya minat komersial (saat itu hanya Lufthansa, perusahaan penerbangan yang juga asal Jerman yang berminat melakukan uji coba komersial) dan juga terjadinya sejumlah kecelakaan kecil pada penerbangan yang berkaitan dengan kestabilan fungsi mesin dan tingginya biaya pemeliharaan membuat Do X dibangun hanya sebanyak 3 unit prototype saja, dan belum sempat diproduksi secara masal.

Karakteristik umum
Crew: 10 – 14 orang
Kapasitas penumpang: 66 - 100 penumpang
Panjang: 40 m (134 ft 2 in)
Bentang sayap: 48 m (157 ft 5 in)
Tinggi: 10 m sampai 11 m (33-36 kaki)
Luas sayap: 450 m² (4844 ft ²)
Berat Kosong: 28.250 kg (£ 62.280)
Max berat lepas landas : 56.000 kg (123.460 £)
Mesin: 12 × Curtiss Conquerorr, 455 kW (610 hp)

Performance
Kecepatan maksimum : 211 km / jam (131 mph)
Cruise kecepatan : 175 km / h (109 mph)
Daya Jelajah : 1.700 km (1.056 mi)
Ketinggian terbang : 500 m (1.650 kaki)
  


Sumber                      : - Wikipedia.org
                                   - www.tiket-penerbangan.com
                                   - www.astrodigi.com

Rabu, 20 Juni 2012

RQ-3A DarkStar Tier III Minus


UAV Tier III Minus, yang lebih deikenal dengan julukan DarkStar, merupakan satu dari dua UAV altitude dan enduransi tinggi yang sedang dikembangkan untuk DARO (Defense Airborne Reconnaissance Office) oleh Advanced Research Projects Agency (ARPA). Departemen Pertahanan AS membatalkan progran UAV DarkStar pada Februari 1999 karena pemotongan anggaran. Diberi pilihan antara stealth atau jarak, AU AS lebih memilih Global Hawk (jarak) dari pada Darkstar (stealth).

Program Tier III Minus adalah program pertama yang dilakukan di bawah "Section 845 Authority". Otoritas ini melancarkan jalan kolaborasi antara industri-pemerintah yang sebelumnya belum pernah dilakukan dengan mengesampingkan peraturan pengadaan/procurement Dewan Pertahanan. Tier Three Dark Star datang dengan spesifikasi dalam satu halaman yang menunjukkan kehebatan altitude, enduransi dan penjejakan (stealth) untuk dengan biaya $10 juta (tahun fiskal 1994) untuk 11-20 unit.

Sistem DarkStar adalaj UAV dengan altitude dan enduransi tinggi yang dikembangkan untuk pengintaian pada area dengan pertahanan ketat. Secara fisik, bentang sayapnya sedikit lebih lebar dari setengah bentang sayap Global Hawk dan panjangnya hanya sepertiganya. Stasiun operator daratnya dikembangkan oleh Raytheon/E-Systems yang mengkombinasikan perencanaan misi, komando dan kontrol, komunikasi dan kontrol kualitas penggambaran area ke dalam sebuah dua stasiun yang dapat berpindah tempat. Dikembangkan tingkat stealth tinggi, tujuan operasional DarkStar adalah agar dapat berhasil dan selamat dalam melakukan penetrasi ke wilayah dengan pengamanan ketat. Melengkapi Tier II Minus, Tier II Plus akan dikembangkan untuk UAV jarak jauh dalam operasi pengintaian dengan tingkat pengamanan rendah-medium. Kedua UAV ini dapat lepas landas, terbang dan mendarat secara otomatis penuh, dan dapat diganti misinya secara dinamis selama dalam penerbangan. Tier II Minus dapat beroperasi hingga 500 mil laut dari tempat lepas landas dan dapat terbang selama 8 jam dengan ketinggian 45.000 kaki, dengan membawa beban sensor radar bidik kamera sitetis atau elektro-optik. DarkStar dapat mengangkut beban 1.000 pound.


Sistem sensornya mirip dengan Global Hawk, kecuali lebih sedikit bandwith-nya karena kebutuhan jaringan komunikasi dalam jarak yang lebih pendek. Sebagai tambahan DarkStar dapat membawa beban radar atau EO, tidak seperti Global Hawk yang mampu membawa keduanya sekaligus.

Sebuah team dari Lockheed/Boeing memimpin pengembangan sistem Tier III Minus. Setiap perusahan bertanggung jawab terhadap 50 persen program. Boeing Military Aircraft Division, Seattle, bertanggung jawab untuk pengembangan dan uji sayap dan subsistem sayap. Lockheed Martin Skunk Works, Palmdale, bertanggung jawab pada desain dan pengembangan bodi pesawat dan subsistemnya, perakitan akhir, integrasi dan uji sistem. Sebuah mesin turbo-fan, yang disediakan oleh Williams International, menghasilkan tenaga untuk UAV ini.

DarkStar melakukan penerbangan pertamanya pada Maret 1996. Pada penerbangan kedua terjadi kecelakaan karena kesalahan modelling aerodinamis. Pada 22 Desember 1996, Wakil Menteri Pertahanan untuk Akuisisi dan Teknologi, Paul G Kaminski, menyetujui revisi terhadap program UAV DarkStar. Revisi program ini merupakan hasil dari review independen atas kecelakaan yang terjadi tersebut.

Helikopter X, Tercepat di Dunia


Sama-sama berawalan X, dua helikopter ini mampu terbang lebih kencang dari heli biasa.
Nama mereka sama-sama menggunakan huruf X. Yang satu adalah Sikorksky X2, yang lainnya bernama Eurocopter X3.
Sikorksky X2

Keduanya adalah helikopter-helikopter yang mampu melayang lebih cepat dari heli biasa.
Menggunakan bodi Eurocopter Dauphin, X3 punya beberapa modifikasi dari pendahulunya itu.



Sama-sama berawalan X, dua helikopter ini mampu terbang lebih kencang dari heli biasa.
Nama mereka sama-sama menggunakan huruf X. Yang satu adalah Sikorksky X2, yang lainnya bernama Eurocopter X3.
Eurocopter X3

Keduanya adalah helikopter-helikopter yang mampu melayang lebih cepat dari heli biasa.
Menggunakan bodi Eurocopter Dauphin, X3 punya beberapa modifikasi dari pendahulunya itu.

Seperti dikutip dari situs Physorg, X3 menambahkan mesin ekstra yang digunakan untuk menggerakkan dua baling-baling tambahan yang terletak di sayap pendek di kanan-kiri bodinya.
Walau cuma menggunakan satu mesin tambahan itu, namun pesawat yang kini masih berada pada tahap eksperimen itu mampu berlari lebih kencang daripada helikopter biasa.

Bila heli biasa biasanya terbang antara 240-260 km per jam (kph), X3 mampu melayang secepat 430 kph dengan stabil. Kecepatan ini menempatkan X3 menjadi salah satu helikopter tercepat di dunia.


Helikopter ini diproyeksikan untuk digunakan bagi keperluan misi pencarian dan penyelamatan SAR, tugas-tugas penjagaan pantai, misi patroli perbatasan, operasi lepas pantai, hingga angkutan antar kota.

Sementara untuk keperluan militer, helikopter ini bisa dimanfaatkan untuk operasi pasukan khusus, SAR, pengangkutan tentara, serta evakuasi medis.

Namun kecepatan X3 masih kalah oleh helikopter Sikorsky X2, yang saat ini juga masih pada tahap uji coba. Pada uji coba 15 September 2010, Sikorsky X2 berhasil melaju dengan kecepatan hingga 460 kph dalam penerbangan stabil.

Bahkan heli ini bisa menempuh 480 kph pada penerbangan dengan sudut sedikit menurun.


Tak seperti Eurocopter X3, Sikorsky X2 menggunakan coaxial rotor dengan baling-baling ganda serta diperkuat dengan baling-baling tambahan di bagian ekornya.

Helikopter ini menggunakan berbagai teknologi baru, antara lain sistem Fly-by-Wire yang memungkinkan sistem mesin beroperasi secara efisien.

Dengan kecepatan yang diraih saat ujicoba, X2 telah berhasil mencetak rekor tak resmi sebagai helikopter tercepat di dunia.


Sumber                        : Vivanews.com
                          

Grumman F8F Bearcat


F8F Bearcat adalah fighter dengan mesin piston terakhir yang dibuat oleh Grumman. Pesawat ini mulai dikembangkan pada awal tahun 1943 setelah pilot uji dan para insinyur Grumman mempelajari Focke Wulf Fw 190 yang berhasil direbut dari Luftwaffe. Dirancang sebagai penerus dari F6F Hellcat, F8F Bearcat melakukan penerbangan pertama pada tanggal 21 Agustus 1944.

Dibandingkan dengan F6F, maka F8F bisa dikatakan memiiliki bobot yang lebih ringan dengan kecepatan yang lebih tinggi dan kemampuan manuver yang lebih baik. Namun hal tersebut harus ditebus dengan jarak tempuh yang lebih pendek dan persenjataan yang hanya berupa empat pucuk senapan mesin kaliber 12,7mm (walaupun dalam varian selanjutnya digantikan dengan empat pucuk kanon kaliber 20mm).

Skadron VF-19 adalah unit Angkatan Laut AS pertama yang menggunakan F8F pada bulan Mei 1945, namun kehadirannya terlambat untuk ikut digunakan dalam Perang Dunia II. F8F Bearcat adalah fighter utama US Navy pasca Perang Dunia II, termasuk digunakan pada masa-masa awal pembentukan team aerobatik Blue Angels.

F8F Bearcat ditarik dari skadron-skadron garis depan pada tahun 1952 dan dipensiunkan oleh Angkatan Laut AS. Selama digunakan oleh Angkatan Laut AS bisa dikatakan pesawat ini tidak pernah digunakan dalam pertempuran. Dalam Perang Korea US Navy lebih memilih menggunakan pesawat-pesawat jet tempur seperti Grumman F9F Panther dan McDonnell F2H Banshee. Yang menggunakan F8F Bearcat dalam medan tempur yang sesungguhnya justru adalah Angkatan Udara Perancis.

Pada awal tahun 1950-an Perancis membeli 250 unit varian F8F-1D (yang merupakan hasil refubrbish dari F8F bekas pakai Angkatan Laut AS). Angkatan Udara Perancis kemudian banyak menggunakan pesawat ini dalam perang di Indo-China, termasuk dalam pertempuran di Dien Bien Phu. Pada tahun 1955 sekitar 70 unit F8F-1D milik Perancis yang masih tersisa kemudiah dihibahkan kepada Angkatan Udara Vietnam Selatan dan ikut digunakan dalam Perang Vietnam hingga akhir tahun 1960-an, sebelum kemudian banyak digantikan oleh Douglas A-1 Skyaraider dan Cessna A-37 Dragonfly.

Selain AS, Perancis, dan Vietnam Selatan, negara lainnya yang juga menggunakan F8F Bearcat adalah Thailand. Angkatan Udara Thailand tercatat pernah mengoperasikan 204 unit F8F Bearcat dari tahun 1951 sampai dengan tahun 1963.

Setelah tidak digunakan lagi oleh militer, F8F Bearcat banyak digunakan oleh pilot-pilot sipil dalam berbagai perlombaan udara. Salah satu pesawat F8F sipil yang terkenal adalah F8F hasil modifikasi milik Lyle Shelton yang diberi nama Rare Bear. Pesawat ini di tahun 1989 berhasil mencatat rekor sebagai pesawat piston paling cepat dengan kecepatan maksimum mencapai 850 km/jam.

Specifications (F8F-1B) :
Crew : 1
Length : 8.61 m
Wingspan : 10.92 m
Height : 4.20 m
Empty weight : 3,206 kg
Maximum take-off weight : 5,873 kg
Powerplant : 1 x 2,100 hp Pratt & Whitney R-2800-34W double-row radial engine
Maximum speed : 677 km/h
Range : 1,778 km
Service ceiling : 11,795 m
Rate of Climbing : 1,395 m/minute
Armament : 4 x 20mm cannons, and 2 x 1,000 (454 kg) bombs or 8 x 127mm rockets

Centurion Main Battle Tank

Centurion bisa dibialng merupakan tank tersukses yang pernah dibuat oleh Inggris. Tank ini mulai dirancang pada tahun 1943, namun baru mulai diproduksi pada tahun 1946. Ketika produksinya dihentikan pada tahun 1962, tercatat sekitar 4.423 unit tank ini dibuat dalam berbagai varian.


Varian awal Centurion masih dipersenjatai dengan meriam 17 pdr, sama seperti tank Sherman Firefly dalam Perang Dunia II. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, maka meriam 17 pdr kemudian digantikan dengan meriam 20 dpr dan akhirnya dengan meriam L7 kaliber 105mm. Meriam L7 sendiri adalah meriam tank yang paling sukses dalam sejarah dan masih dipergunakan hingga saat ini. Selain digunakan oleh Inggris, Centurion juga digunakan oleh banyak negara dan bisa dikatakan menjadi satu-satunya tank Inggris yang terbukti sangat handal di lapangan. Negara-negara pengguna Centurion selain Inggris adalah Australia, Austria, Kanada, Denmark, Mesir, India, Irak, Israel, Yordania, Kuwait, Lebanon, Belanda, Selandia Baru, Singapura, Somalia, Afrika Selatan, Swedia, dan Swiss.

Centurion pertama kali digunakan di medan tempur dalam Perang Korea oleh pasukan Inggris dan merupakan tank modern pertama yang digunakan di medan perang. Inggris juga menggunakan tank ini dalam Krisis Suez tahun 1956. Centurion milik Australia digunakan dalam Perang Vietnam, sementara India menggunakan tank ini dalam Perang India-Pakistan tahun 1965 dan 1971.

Namun tidak bisa dipungkiri bahwa tank Centurion melegenda di tangan pasukan Israel. Tank ini menjadi andalan pasukan Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan Perang Yom Kippur tahun 1973. Dalam invansi Israel ke Lebanon Selatan tahun 1982 pun tank ini masih menjadi andalan pasukan Israel.

Saat ini sebagian besar negara-negara pengguna Centurion sudah mempensiunkan tank ini sebagai tank tempur, kecuali dalam varian modifikasi seperti APC Nagmachon milik Israel yang masih digunakan dalan konflik Israel-Lebanon tahun 2006. Walaupun demikian, sejumlah Centurion hasil modifikasi masih digunakan sebagai MBT (Main Battle Tank), seperti yang dilakukan Afrika Selatan dengan Olifant Mk.1 A/B dan Mk.2

Specification (Centurion Mk.13)
Crew                            : 4

Armament :
Main                             : 1 x 105mm gun
Co-axial                        : 1 x 7.62mm machine gun
Anti-aircraft                   : 1 x 7.62mm machine gun
Combat weight              : 51,820 kg
Length                           : 9.85 m
Width                            : 3.39 m
Height                           : 3.00 m
Powerpack                    : 650 hp Rolls Royce Meteror Mk.IV B Meteor petrol engine
Maximum road speed    : 34 km/h
Range                            : 190 km

SH-3 Sea King, Sang Raja Lautan


SH-3 Sea King adalah helikopter mesin ganda serbaguna. Ia digunakan dengan Angkatan Laut Amerika Serikat dan angkatan bersenjata lain di seluruh dunia.

SH-3 Sea King telah dipakai dengan berbagai keupayaan seperti radar cuaca, “Doppler dan Doppler GPS”, Instrument Landing System dan, Night Vision Capabilities. SH-3 Sea King dirancang untuk terus digunakan sampai tahun 2018.

Setiap SH-3 Sea King akan melalui pemeriksaan “Check One” bagi setiap pesawat mengambil masa sekitar 2 atau 3 hari manakala “Check Two” kurang lenbih dua minggu dan seterusnya “Check 4” dan “Check 5” yang memakan masa di bawah enam bulan saja.

Penyelenggaraan SH-3 Sea King kini diserahkan kepada AIROD Sdn Bhd. SH-3 Sea King yang tidak boleh terbang diletakkan dalam status “Aircraft On Ground” dan “Aircraft On Jack”. Alat ganti yang diperlukan akan dibekalkan selewat-lewatnya 72 jam dari waktunya berstatuskan “Aircraft On Ground”.



Dibuat oleh Sikorsky, SH-3 Sea King pertama terbang pada tahun 1959, dan beroperasi dengan Angkatan laut Amerika Serikat pada Juni 1961. Ia direka untuk beroperasi di atas geladak kapal. Lima bilah kipasnya dapat dilipat untuk mudah disimpan. Kegunaan utamanya adalah untuk pertempuran anti-kapal selam, tetapi juga berfungsi sebagai pesawat udara anti-kapal, SAR, pengangkutan, komunikasi, pengangkutan eksekutif dan peranan Airborne Early Warning. Dalam Angkatan laut Amerika Serikat, peranan pesawat udara anti-kapal selam dan cari dan menyelamat telah digantikan oleh SH-60 Sea Hawk sekitar 1990-an, tetapi tetap digunakan dalam peran lain, sebagai pesawat udara anti-kapal selam simpanan, dan keliling dunia. Semua pesawat udara H-3 yang masih berada dalam penggunaan Angkatan laut Amerika Serikat masih digunakan dalam peranan sokongan logistik, sokongan jarak jauh, SAR, dan pengangkutan VIP.


Variasi Westland Sea King dihasilkan di bawah lisensi oleh Westland Helicopters, Ltd. di Britania Raya, yang menghasilkan versi khusus untuk Royal Navy. Ia dikuasai oleh sepasang Rolls-Royce Bristol Gnome turbin British, dan mempunyai peralatan anti-kapal selam dan penerbangan British. Variasi ini mulai terbang pada 1969, dan memasuki penggunaan pada tahun berikutnya. Ia juga digunakan oleh Royal Air Force dan telah dijual ke seluruh dunia. Pesawat ini juga dihasilkan di Jepang bawah lisensi.

Negara yang menggunakan SH-3 Sea King adalah Argentina, Australia, Belgia, Brasil, Kanada, Mesir, Jerman, India, Jepang, Malaysia, Norwegia, Pakistan, Qatar, Spanyol dan Britania Raya.

Persenjataan dan peralatan SH-3 Sea King berbeda sesuai dengan peranannya. Persenjataan biasa bagi tugasan anti-kapalselam termasuk empat torpedo, empat depth charges atau rudahl anti-kapal (Sea Eagle atau Exocet). Dalam SAR kabin SH-3 Sea King mampu memuat 22 orang atau dua pegawai media. Dalam peranan pengangkut tentara, 28 tentara dapat dibawa.

SH-3 Sea King juga digunakan sebagai helikopter resmi bagi Presiden Amerika Serikat, beroperasi di bawah kawalan Marinir Amerika Serikat. Ia dikenal sebagai Marine One apabila beliau berada di dalam.

Eagle Eye UAV


 

UAV Bell Eagle Eye mempunyai penampilan seperti pesawat konvensional pada umumnya dengan rotor di setiap ujung sayapnya yang memungkinkan manuver naik atau turun dan melayang. Bell Helicopter Textron Incorporation (BHTI) mulai terlibat dalam program UAV dengan membuat gorong-gorong angin untuk model V-22, menggunakan suku cadang helikopternya seperti mesin, as gardan, gear box dll, dan membuat UAV rotor miring Eagle Eye.

Eagle Eye mempunyai bentang sayap 15.2 kaki, panjang 17.9 kaki dan tinggi 5.7 kaki, dengan berat 2.000 pound (tergantung beban yang dibawa). Uji terbang pertama (hanya melayang) dilakukan di fasilitas BHTI di Dallas, Texas, pada 1992.

Setelah berhasil dalam uji terbang pertama (melayang), team pemerintah dan kontraktor pindah ke Yuma Proving Grounds (YPG) untuk uji terbang lanjut di kuartal ketiga 1993. Uji terbang tersebut berhasil dan Eagle Eye terbang dengan mode helikopter, diubah melalui mode transisi ke mode pesawat. 35 penerbangan telah dilakukan dengan total lama terbang 15 jam. Kecepatan maksimal yang dapat dicapai adalah 159 knots pada ketinggian 1.550 kaki di atas rata-rata permukaan laut.

Pemerintah tidak lagi membutuhkan UAV Vertical Take Off and Landing (VTOL) dan kemudian membatalkan perjanjian seluruh demonstrasi/pengambangan UAV Vertical Take Off and Landing (VTOL). BHTI melanjutkan pengembangan Eagle Eye bersama dengan R&D.

Pada musim semi 1998, pemerintah kembali menginginkan demonstrasi UAV VTOL dan mengontrak BHTI untuk mendemonstrasikan kualitas dan performa penerbangan Eagle Eye. Demonstrasi ini dilakukan dalam dua fase. Fase Pertama berupa demonstrasi penerbangan dengan landasan terbang darat dan Fase Kedua berlandasan laut (kapal laut). Fase kedua berhasil dilaksanakan pada April 1998 di Yuma Proving Ground.. UAV ini terbang lebih dari 43 kali dengan 55.5 jam terbang dan berhasil mencapai kecepatan 200 knots, dengan ketinggian 14.600 kaki. Fase Kedua dilaksanakan pada 1999 dan dilakukan di sebuah kapal perang kecil. Purwarupa pertama hancur dalam sebuah kecelakaan, tetapi purwarupa kedua berhasil melalui program uji ini. 


Keberhasilan dalam program uji ini membuat UAV ini masuk dalam program “Deepwater” pada 2002 dan pembuatan UAV dengan ukuran sebenarnya, dan disebut dengan TR918, dengan mesin turboshaft Pratt & Whitney Canada P200/55.

Bell telah mempromosikan Eagle Eye selama satu dekade untuk mendapatkan pembeli, dan pada musim panas 2002 penjaga pantai AS memesan UAV ini sebagai bagian program Deepwater.

AL dan Korps Marinir AS juga menunjukkan ketertarikan dan beberapa dari negara lain. Di musim panas 2004, Bell berhasil membuat hubungan dengan Sagem di Perancis dan Rheinmetall Defense Electronics di Jerman untuk menjual varian Eagle Eye di Eropa. Bell akan menyediakan suku cadang mentahnya, sementara partner di Eropa akan menyediakan “payload” dan suku cadang lain sesuai dengan kebutuhan konsumen, dan kemudian Bell akan melakukan integrasi sistem.

Specifications
Manufacturer: Bell Helicopter - Textron, Texas
AV Type: Tilt Rotor
Length: 17.9/5.46 (ft/m)
Height: 5.7/1.73 (ft/m)
Wingspan: 15.2/4.63 (ft/m)
Rotospan (diameter): 9.5/2.90 (ft/m)
Take-Off Gross Weight: 2250/1020 (lbs/kg)
Empty Weight: 1300/590 (lbs/kg)
Fuel Weight: 750/340 (lbs/kg)
Payload Weight: 200/90 (lbs/kg)
Speed (kts): Max 200+, Cruise 0-200
Altitude: 20,000/6,100 (ft/m)
Endurance: 8 hours
Radius of Operation: 110/200 LOS (nm/km)
Engine: Allison 250-C20 GT 420 shp
Fuel: Heavy.JP
Landing Gear: Wheeled/Retractable
Flight Control: Automated/Dual Redundant
Take Off/Landing: VTOL/STOL
AV Data Link(s): S-Band/UHF (TCDL future)
Payload: FLIR - EO/IR - SAR

RAH-66 Comanche, Stealth Copter


RAH-66 Comanche adalah helikopter bersenjata militer canggih yang dibuat oleh perusahaan gabungan raksasa dirgantara Amerika yaitu Boeing dan Sikorsky untuk kebutuhan militer Angkatan Darat Amerika Serikat. Program RAH-66 dibatalkan pada tahun 2004 setelah hampir 7 miliar Dollar Amerika dihabiskan untuk program ini sebelum produksi sempat dimulai.

Selama awal tahun 1980-an, Angkatan Darat AS memulai perhitungan kebutuhan untuk mengganti helikopter helikopter yang sudah lama, kemudian menghasilkan program eksperimen helikopter ringan. Pada tahun 1991, tim Boeing-Sikorsky dipilih untuk membuat purwarupa. Helikopter Comanche akan menggunakan teknologi stealth, menampilkan sejumlah desain yang sebelumnya belum pernah dicoba. Menggunakan sensor canggih dalam peran mengintai dan ditujukan untuk menunjuk sasaran untuk AH-64 Apache. Dua unit RAH-66 kini dijadikan pameran museum.

Comanche menggunakan mesin T800-LHT-802 sebanyak dua buah keluaran Light Helicopter Turbine Engine Company yang merupakan perusahaan gabungan antara Rolls Royce (Inggris) dengan Honeywell (AS). RAH-66 mempunyai sistem rotor dengan 5-daun (blade) besar dan rotor yang lebih kecil pada bagian ekornya yang terlindung, seperti halnya helikopter Gazelle milik Perancis. RAH-66  mempunyai penyimpanan senjata internal dan sayap (“terpotong”) opsional yang memungkinkan stabilitas penambahan persenjataan, dengan resiko (jika sayap opsional dipasang) akan lebih mudah terdeteksi oleh radar. Persenjataan standar RAH-66  adalah meriam General Electric tiga barel 20mm dalam sebuah sistem turret Giat. Pilot dan co-pilot (gunner) duduk bersebelahan pada kokpit dengan visibilitas yang baik.

Sistem penerbangan dan kontrol pada RAH-66 terdiri dari kontrol “helmet-mounted”, kontrol siklik “sidestick”, display peta 3D, sistem fly-by-wire dengan sebuah fitur “triple redundancy”, pelacak Laser dan FLIR serta radar gelombang milimeter yang ditiru Apache Longbow.

Pada simulasi medan pertempuran, sistem RAH-66 akan sangat mendukung pertempuran dengan menembak kendaraan lapis baja dan pesawat musuh pada jarak jangkaunya.

Desain dan Perkembangan

Pada tahun 1982, Angkatan Darat AS memulai program uji coba helikopter ringan untuk mengganti helikopter UH-1, AH-1, OH-6 dan OH-58. Program ini menghabiskan waktu 6 tahun, hingga tahun 1988, sebelum permintaan usulan dikeluarkan, dimana kebutuhan diubah menjadi helikopter pengintai. Pada Oktober tahun itu, tim dari Boeing-Sikorsky dan Bell-McDonell Douglas menerima kontrak untuk desain mereka. Nama program diubah menjadi "Helikopter Ringan" pada tahun 1990. Pada April 1991, tim Boeing-Sikorsky terpilih sebagai kontestan pemenang dan menerima kontrak untuk membangun empat purwarupa untuk sebuah fase demonstrasi dan evaluasi (Dem/Val).
Uji penerbangan dilakukan dengan dua purwarupa. Purwarupa Comanche pertama, seri 94-0327, menyelesaikan 318 penerganban lebih dari 387 hours sebelum mengakhiri karir ujunya pada Januari 2002. Setelah menemui kriteria kunci, RAH-66 memasuki fase perkembangan perancangan dan pembuatan pada 1 Juni 2000 yang menghabiskan 3,1 miliar Dolar Amerika Serikat. Usaha untuk mengurangi berat kosong dengan kira-kira 200 lb (90.7 kg) atau 2% untuk menemui berat sasaran dimulai kemudian Tahun itu. Purwarupa kedua, seri 95-0001, telah menyelesaikan 93 jam terbang dan 103.5 penyerbuan pada Mei 2001.
RAH-66 kedua menerima peralatan misi dan mesin T800-LHT-801 yang lebih kuat dan melanjutkan uji terbang dari 23 Mei 2002, termasuk uji pandangan malam dan sistem senjata, hingga 2003. Selama uji coba, the Comanche menjelajah pada kecepatan 162 knot, dengan kecepatan maksimal 172 knot (198 mph; 319 km/jam), serta menunjukkan sebuah kemampuan untuk membuat belokan 180° (derajat) kurang dari 5 detik.

Pembatalan

Pada 23 Februari 2004, Angkatan Darat Amerika Serikat mengumumkan keputusan mereka untuk membatalkan program helikopter Comanche mengingat kebutuhan untuk menyediakan dana untuk merenovasi armada helikopter yang mengalami serangan penuaan, utilitas, dan pesawat pengintai. Angkatan Darat AS juga merencanakan untuk menggunakan dana program Comanche untuk mempercepat perkembangan kendaraan udara tak berawak (UAV). UAV telah menyediakan pengintai selama operasi militer di Afganistan dan Irak. Kira-kira 6.9 milliar Dolar AS diinvestasikan dalam program Comanche pada saat pembatalannya. Tambahan 450–680 juta Dolar AS dibayarkan untuk biaya pembatalan kontrak untuk mitra program utama, yaitu Sikorsky dan Boeing.



Karakteristik umum
  • Kru: 2 orang
  • Panjang: 46.85 kaki
  • Lebar sayap: 39.04 kaki
  • Tinggi: 11.06 kaki
  • Luas sayap: 1,197 kaki²
  • Bobot kosong: 8,690 pon
  • Bobot terisi: 10,597 pon
  • Bobot maksimum lepas landas: 17,175 ponFuselage length: 43.31 ft (13.20 m)
  • Rotor systems: 5 baling-baling pada rotor utama
Kinerja
  • Laju maksimum: 175 knot (201 mph, 324 km/h)
  • Laju jelajah: 165 knots (190 mph, 306 km/h)
  • Jarak jangkau: 262 nmi (bahan bakar internal)
  • Jarak jangkau ferri: 1,260 nmi
  • Batas tertinggi servis: 14,980 kaki
  • Laju panjat: 1,418 kaki/menit
Persenjataan
  • 1× 20 mm XM301 meriam tiga laras (kapasitas 500 rentetan)
  • Internal bays: 6 Hellfires or 6 Stingers (ATAS) or 24 Hydra 70 2.75 in (70 mm) roket udara-darat
  • Optional stub wings: 8 Hellfire, 16 Stinger or 56 x Hydra 70 roket udara-darat

Sumber           : - Wikipedia.org
                        : - komandomiliter.blogspot.com
                        : - hielmy.wordpress.com