Sabtu, 07 Juli 2012

Bom JDAM(Joint Direct Attack Munition)



Bom JDAM(Joint Direct Attack Munition) adalah bom berpemandu GPS yang di lengkapi dengan pemandu laser. Bom buatan Boeing ini adalah jenis bom udara ke permukaan (air to surfaces) yang diluncurkan dari pesawat tempur maupun pesawat pembom ringan, Selama menuju target, komputer mengatur sirip pengendali di ujung bom. Secara teoritis, kemungkinan luputnya bom jenis ini dari sasaran hanya satu-dua meter. Adapun target efektif untuk bom jenis ini adalah sasaran darat yang diam seperti bunker-bunker pertahanan musuh, gudang persenjataan maupun logistic, maupun perangkat komunikasi musuh. Akan tetapi varian lain dari bom JDAM mampu menghancuran sasaran darat yang bergerak pelan seperti konvoy tank, SCUD Carriage, dan SAM Vehicle Launcher.

Pengguna utama dari Bom ini adalah AL AS, sebagai kontraktor, Boeing merombak bom-bom tanpa pemandu JDAM. Dari yang awalnya hanya dilengkapi sistem pelacak maupun penentu posisi GPS(Global Positioning System). Kedua fungsi tersebut di satukan sehingga bom mempunyai kombinasi kemampuan untuk melacak, menentukan dan menghancurkan target yang di inginkan seakurat mungkin.

Satu unit bom JDAM mempunyai berat 500 pon (230 kg) hingga 2.000 pon (910 kg). ketika di pasang dalam bom, Perangkat JDAM yang terdiri atas seperangkat komputer kecil yang disebut GBU (Guide Bomb Unit) berisi data-data akurat mengenai target sasaran.

Sejarah dikembangkannya teknologi bom JDAM dimulai ketika perang Irak-Amerika tahun 1991, dalam operasi militer yang terkenal dengan operation desert storm ini, angkatan udara AS mengalami kendala dalam melakukan serangan udara karena target serangan terhalang pasir gurun, asap, kabut, awan maupun cuaca buruk. Sehingga serangan udara yang di lancarkan sering tidak tepat sasaran.


Karena itu setahun kemudian pada 1992, Dephan AS bekerja sama dengan Boeing mengembangkan Bom dengan pemandu satelit yang dapat di luncurkan dalam segala cuaca. Sehingga efektifitas serangan udara dapat ditingkatkan. Setelah berbagai riset dan pengetesan, di kembangkanlah prototype dari teknologi Bom JDAM, yaitu sebuah teknologi bom berpemandu satelit GPS (General Positioning System)yang mampu menampilkan data target secara real time.

Seperangkat Bom JDAM pertama di terima AU AS pada 1997 untuk di uji. Selama pengujian lebih dari 450 Bom JDAM telah dijatuhkan dari pesawat F-16 Fighting Falcon dari keinggian 88.000 kaki (27 km)untuk menguji ketahanan tingkat akurasi, selama pengujian dalam cuaca cerah, hujan badai, badai pasir, dan salju diperoleh persentase tingkat akurasi hingga 95% dengan tingkat kesalahan dibawah 10 meter dari titik target. setelah dilakukan perbaikan pada perangkat GBU (Guide Bom Unit) dan pengembangan teknologi sayap ekor oleh McDonnell Douglas, pengujian selanjutnya diperoleh tingkat akurasi hingga 98% dan tingkat kesalahan hanya 1-2 meter saja dari target.

Dengan daya rusak mulai dari skala 5 hingga 10, pengujian yang dilakukan AU AS mencatat bahwa Bom JDAM yang dijatuhkan mampu menghancurkan sebuah area hingga radius 6 m dari titik target. Untuk meningkatkan radius serangan

Pesawat F-16 menjatuhkan bom JDAM

Boeing merombak jenis kaca pembungkus sistem pencium lasernya dengan kaca berbahan safir. Bahan dari safir ini terbukti memungkinkan bom ini dapat efektif bekerja pada hantaman segala macam cuaca dan kondisi. Sebelum tahun 2011 AL AS berharap semua pengujian telah selesai sebelum di lakukan produksi masal.

Kelebihan lain dari Bom dengan perangkat JDAM terletak pada ongkos produksinya yang tidak mahal. bahkan terbilang murah untuk kelas bom jalajah. Cost produksi untuk sebuah perangkat JDAM diperkirakan hanya sekitar 40.000 dolar, bahkan setelah McDonnell Douglas mengembangkan teknologi perangkat ekor, cost produksi dapat dikurangi hingga 27.000 dolar. Ini jauh lebih murah dibandingkan bom jelajah sejenis seperti BGM-109 Tomahawk yang cost produksinya hingga 730.000 dolar per buah.

Keuntungan lain dari Bom berteknologi JDAM adalah kemampuan tembak dan lupakan (fire and forget capability), ini memungkinkan pilot pesawat tempur untuk segera meninggalkan target setelah menembakan bom ke target. Penguncian target dan pemandu bom menuju target dilakukan oleh perangkat GBU (Guide Bomb Unit) dengan dukungan satelit GPS yang mengirim data secara realtime.

Dalam operasi militer pembebasan Irak (operation Iraqi freedom) sejak tahun 2003 bom dijatuhkan dari pesawat bomber B-52 dari ketinggian 27 Km untuk menghancurkan camp-camp pasukan maupun fasilitas persenjataan pasukan Irak.

Sumber : www.thefuzedrink.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar