Pertempuran Biak merupakan bagian dari kampanye
Niugini dalam Perang Dunia II. Pertempuran tersebut dilakukan oleh Angkatan
Darat Amerika Serikat dan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dari 27 Mei 1994
hingga 20 Juni 1994. Di sinilah untuk pertama kalinya pihak Jepang menggunakan
taktik penyergapan dalam skala besar di Perang Dunia II.
LATAR
BELAKANG
Pulau Biak |
Dari satu pesan bertanggal 4 Mei 1944 yang berhasil
disadap, diketahui bahwa intelijen Komando Pasukan Area ke-2 AD Kekaisaran
Jepang menyangka pendaratan Sekutu berikutnya akan dilakukan di Biak, sehingga
pendaratan pendahuluan dilakukan terhadap Wakde pada tanggal 17 Mei, dalam
perjalanan menuju Biak. Di sana sebuah lapangan terbang yang lebih kecil
tersedia, yang bisa digunakan sebagai pangkalan garis depan hingga
lapangan-lapangan terbang di Biak siap digunakan. Walaupun prakiraan intelijen
memperkirakan pasukan musuh berjumlah sekitar 5000 orang, sebuah pesan yang
berhasil disadap pada akhir bulan April mengungkapkan jumlah pasukan
berdasarkan kebutuhan ransum sekitar 10.800 orang, walau angka tersebut
dianggap mewakili proyeksi kekuatan, dan bukan kekuatan riil saat ini.
PERTEMPURAN
Serangan Terhadap Pulau Biak |
Mereka bergerak masuk
ke dalam pulau dengan penuh percaya diri dalam keyakinan hanya akan menghadapi
perlawanan ringan, hingga mereka mencapai lapangan terbang yang vital itu. Kemudian,
dari dataran sekitar dan tepian-tepian puncak perbukitan di atas, muncul badai
peluru dan proyektil meriam yang membuat mereka berlindung tanpa bisa
kemana-mana. Setelah malam tiba, barulah traktor-traktor amfibi berhasil
mengeluarkan mereka dari jebakan tersebut. Pada hari berikutnya, mereka
mencapai lapangan Mokmer, dengan sasaran lapangan Sorido. Pasukan Jepang tetap
bertahan, dan menunda jatuhnya lapangan Mokmer selama sepuluh hari.
Tank M4 Sherman |
Dari sebuah sadapan,
Unit Nirkabel ke-1 RAAF mendapat informasi bahwa Letjen Takuzo Numata, Kepala
Staf Komando Pasukan Area ke-2 AD sedang berada di pulau tersebut dalam sebuah
tur inspeksi. Pangkatnya lebih tinggi dari Kolonel Kuzume, dan mengirim pesan
yang memohon agar dirinya dievakuasi. Dirinya dievakuasi oleh pesawat amfibi
dari Teluk Korin pada tanggal 20 Juni. Pada tanggal 22 Juni, Kolonel Kuzume
membakar panji-panji kesatuan lalu melakukan hara kiri.
Karena Laksamana Toyoda
membutuhkan landasan-landasan di Biak untuk menyerang Armada Pasifik AS, ia
melancarkan Operasi Kon, upaya untuk menyelamatkan Biak. Sebuah serangan pada
tanggal 8 Juni berhasil dibendung oleh kekuatan laut Amerika dan Australia.
Serangan pertama pada tanggal 1 Juni dibatalkan ketika sebuah pesawat Jepang
memberi laporan keliru yang menyatakan kehadiran sebuah kapal induk AS, dan
serangan ketiga pada tanggal 13 Juni dialihkan ke utara, ke Laud Filipina untuk
menyerang kapal-kapal induk Armada ke-5 AS; serangan ini mestinya
mengikutsertakan kapal-kapal tempur super Jepang, Yamato dan Musashi.
Pasukan Amerika
berhasil menembus pertahanan Jepang pada tanggal 22 Juni, di mana daerah
pesisir dari Bosnik hingga Sorido berhasil direbut, termasuk tiga lapangan
terbang di Sorido (4500 kaki), Borokoe (4500 kaki), dan Mokmer (8000 kaki).
Masih tersisa sekitar 3.000 pasukan Jepang yang mencoba menggalang serangan
balik penghabisan hingga 17 Agustus. [7] Bleakley mengenang bahwa dalam sebuah
gubuk bambu berisi peralatan rekreasi Jepang, semacam PX atau toko khusus
militer yang memuat "lusinan pasang sepatu skating" – "di sebuah
pulau antah berantah di khatulistiwa!". Selama beberapa waktu ia menyimpan
sepasang sebagai suvenir, dan berkata bahwa para prajurit Jepang diberitahu
kalau mereka berada di sebuah pulau lepas pantai San Francisco, dan tak lama
lagi akan menginvasi Amerika. Ia berada bersama Unit Nirkabel ke-1 RAAF,
satu-satunya kesatuan Australia di pulau tersebut.
AKHIR
PERTEMPURAN
Bagi pihak Amerika,
perebutan Pulau Biak memakan korban 474 orang tewas dan 2.428 luka-luka. Pihak
Jepang kehilangan 6.000 orang tewas dan 450 orang tertawan, sehingga lebih dari
4.000 orang lainnya tak diketahui nasibnya atau hilang dalam tugas dan
diasumsikan tewas. Artinya, mereka dimusnahkan. Setelah itu, tak ada lagi
serangan Banzai tanpa pikir panjang dan penuh emosi, yang biasanya membuat
kekuatan Jepang terkuras hingga pupus. Biak merupakan pertempuran yang
melelahkan dan alot. Taktik penyergapan atau menunda-nunda ini diulangi di
Pertempuran Peleliu, Pertempuran Okinawa, dan Pertempuran Iwo Jima, yang
sebelumnya diperkirakan Korps Marinir AS dan AD AS bisa dimenangkan hanya dalam
beberapa hari atau minggu saja, tapi justru berlanjut hingga berbulan-bulan,
dengan kerugian yang sangat besar, bukan hanya karena menghabiskan waktu yang
berharga, tapi juga jatuhnya korban jiwa dan peralatan yang jauh lebih berharga.
MONUMEN
Di pantai Paray, di
antara desa Mokmer dan Bosnik, sekitar tujuh kilometer dari Biak Kota, terdapat
sebuah monumen peringatan Perang Dunia II. Monumen ini dibangun pada tahun 1994
lewat kerjasama pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang. Ada pula gua
Jepang Binsari, yang terletak di Desa Sumberker, Samofa, sekitar lima kilometer
dari Biak Kota.
Wikipedia.org
Wikipedia.org
article nya blum lengkap (kurang penyebab pertempuran, dan jalannya pertempuran)
BalasHapusmohon dilengkapi yaa...
mksih:)
yups bener banget tuh:'))
Hapusguwe dukung banget..
wkwk