Featured Posts Coolbthemes
Kamis, 10 Januari 2013
Light Tank M3A3 Stuart dan Keberadaannya
Tag
AGKATAN DARAT
M3/M5 Stuart merupakan
tank ringan buatan AS yang banyak digunakan dalam Perang Dunia II. Dengan
jumlah total produksi mencapai sekitar 25.000 unit, tank ini digunakan oleh
oleh negara-negara Sekutu dan bertempur di semua front Perang Dunia II, mulai
dari Eropa Barat, Afrika Utara, Eropa Timur, sampai front Pasifik. Pasukan
Inggris menjuluki tank ringan ini Stuart yang diambil dari nama James Ewell
Brown “Jeb” Stuart, seorang jenderal pasukan konfederasi dalam Perang Saudara
AS.
Tank ringan seberat 14,7
ton ini menggunakan mesin Continental W-670-9A berkekuatan 250 tenaga kuda.
Memiliki kecepatan maksimum 58km/jam dan mampu menempuh jarak 120km. Diawaki
empat orang dengan persenjataan utama sepucuk meriam M6 kaliber 37mm (174 butir
amunisi). Selain itu dipersenjatai pula dengan tiga pucuk senapan mesin
Browning M1919A4 kaliber 0.30 (7.500 butir amunisi).
Tank Stuart Milik Sekutu |
M3 Stuart merupakan tank
buatan AS pertama yang digunakan oleh pasukan Inggris. Pasukan Inggris pertama
kali menggunakannya dalam pertempuran di Afrika Utara tahun 1941, sementara
pasukan Uni Soviet juga memperoleh sejumlah tank ini melalui program leand
lease dan mempergunakannya untuk menahan serangan pasukan Jerman. Pasukan AS
sendiri pertama kali menggunakan tank ini dalam pertempuran menghadapi serangan
Jepang di Filipina tahun 1942.
Secara keseluruhan, tank
ini bisa dikatakan kurang ideal untuk menghadapi tank-tank Jerman. Lapisan baja
yang tipis dan meriam 37mm yang tidak ideal lagi menghadapi tank-tank Jerman.
Tetapi tank ini mempunyai kecepatan dan kemampuan otomotif yang bagus, sehingga
cukup ideal untuk digunakan dalam tugas-tugas pengintaian atau menghadapi
kendaraan lapis baja Jerman selain tank. Sementara di front Pasifik tank ini
masih mampu menghadapi pasukan Jepang, mengingat persenjataan anti tank Jepang
tidak sehebat persenjataan Jepang.
Selain digunakan sebagai
tank ringan, M3/M5 juga digunakan sebagai basis untuk beberapa kendaraan tempur
lapis baja lainna. Pasukan Inggris misalnya mempunyai APC Stuart Kangaroo,
sementara pasukan AS memiliki varian M8 Howitzer Motor Carriage (M3/M5 dengan
turret terbuka dan dipersenjatai dengan howitzer laras pendek kaliber 75mm).
Selain itu masih ada varian command vehicle dan flame thrower.
Menjelang Perang Dunia
II usai, M3/M5 mulai digantikan oleh M24 Chaffee. Walaupun demikian, M3/M5
tetap digunakan hingga Perang Dunia II usai. Setelah Perang Dunia II, tank ini
masih banyak digunakan oleh beberapa negara hingga tahun 1960-an dan awal
1970-an (termasuk Indonesia yang memperoleh tank ini dari Belanda sebagai hasil
perundingan Konferensi Meja Bundar tahun 1949).
Tank Stuart Milik TNI AD |
Beberapa konflik setelah
Perang Dunia II yang melibatkan tank ringan antara lain adalah perang saudara
Cina, perang kemerdekaan Indonesia, perang India dengan Pakistan tahun 1947,
operasi penumpasan pemberontakan di Indonesia pada tahuhn 1950-an, serta perang
di Angola.
Pada tahun 1980-an,
Brazil sempat memodfikasi sejumlah tank M3 tua mereka. Tank-tank sisa Perang
Dunia II tersebut dimofidikasi dengan mesin diesel dan persenjataan meriam
kaliber 90mm. Sebanyak sekitar 50 unit tank hasil modifikasi tersebut dikenal
dengan nama X1A2 dan digunakan hingga awal tahun 1990-an.
SPESIFIKASI:
• Jenis
: kendaraan tempur
• Panjang
: 4,52 meter
• Lebar
:2,24 meter
• Tinggi
: 2,64 meter
• Personil
: 4 orang
• Buatan
: USA / model M 3A3
• Kecepatan
: 50 km / jam
• Persenjataan
: 1 meriam mitraliur 37 mm, 1 mitraliur 30 coax, 1 mitraliur 30 haluan, 1
mitraliur PSU, 1 mortir asap 11 cm
Minggu, 06 Januari 2013
AH-64 Apache, Varian Helicopter Pemusnah Yang Tangguh
Tag
ANGKATAN UDARA
Helikopter Apache AH-64 adalah helikopter dengan 4 baling-baling, dua mesin, dan 3 roda pendaratan. Helikopter ini termasuk ke dalam golongan helikopter penyerang (serbu) yang dioperasikan oleh 2 orang kru. Heli Apache ini dikembangkan sebagai Model 77 oleh Hughes Helicopter untuk angkatan bersenjata Amerika Serikat menggantikan AH-1 Cobra. Pertama kali terbang pada 1 oktober 1975, AH-64 memiliki kemampuan sensor untuk mengambil alih target dan pengelihatan malam hari (night vision systems).
Persenjataan pada heli ini juga cukup mumpuni yaitu Chain Gun M230 30 mm yang terletak diantara roda pendaratan utama. AH-64 juga dilengkapi dengan mixture AGM-114 Hellfire dan Hydra 70 rocket pods.
Angkatan bersenjata Amerika memilih AH-64 dari pada Bell YAH-63 pada tahun 1976. Angkatan bersenjata Amerika memberikan kontrak pra produksi kepada Hughes Helicopter untuk membuat 2 unit AH-64. Pada tahun 1982 pihak angkatan bersenjata menyetujui produksi masal heli ini. McDonnel Douglas melanjutkan produksi dan pengembangannya setelah membeli Hughes Helicopter dari Summa Corporation pada tahun 1984. Produksi pertama AH-64D Apache Longbow dikirimkan ke angkatan bersenjata pada bulan maret 1997. dan pada bulan agustus 1997 Boeing dan McDonell Douglas bergabung untuk menjadi Boeing Company. Sekarang produksi AH-64 ini dilanjutkan oleh divisi Boeing Integrated Defense Systems.
Sumber tenaga AH-64 ini berasal dari 2 mesin General Electrik T700 Turboshaft. Apache memiliki empat baling-baling besar (utama) dan 4 baling-baling pada bagian ekor. Dioperasikan oleh dua orang kru heli yang mana pilot berada dibelakang dan di depan atau bawahnya adalah copilot sekaligus penembak sasaran. Helikopter dipersenjatai dengan M230 Cahain Gun 30 mm yang dapat dihubungkan dengan Helet mounted display penembak, sehingga penembak dapat menetapkan atau mengunci target tembakan. Selain itu juga dapat dikontrol dengan Acquisition and Designation System (TADS). Selain itu helikopter ini juga dapat mengangkut berbagai macam senjata seperti misil anti tank AGM-114 Hellfire, roket Hydra 70, dan AIM-92 Stinger air to air misil untuk bertahan. Heli ini didesain untuk beroperasi pada siang dan malam hari dengan menggunakan berbagai macam teknologi yang ada di dalamya seperti GPS (Global Positioning System), night vision (penglihatan malam) dll.
Varian heli ini antara lain.
1.AH_64A
2 AH-64B
3.AH-64C
4.AH-64D
Desain Apache AH-64
Sejarah Penggunaan
Amerika menggunakan helikopter Apache ini sejak tahun 1989 di Panama, Bosnia, Kosovo dan Irak (Operasi Pembebasan Irak). selama tahun 2003 kurang lebih 200 helikopter Apache yang digunakan. Pada tahun 1989 Amerika mengunakannya pada operasi Just Cause di Panama. Heli ini memegang peranan penting disana. Sedangkan di timur tengah dugunakan pada operasi desert storm di Irak, dan Operasi pembebasan di Afghanistan.
Israel juga menggunakan helikopter ini. mereka mulai menggunakannya pada tahun 1990. Israeli Air Force (IAF) menggunakan Apache untuk menyerang target dengan menggunakan misil. heli ini digunakan untuk menyerang Hizbullah di Libanon pada tahun 90-an. Pada suatu ketika pesawat Libanon yaitu Cessna dengan RUPS-114 terbang ke Israel. disana ia bertemu dengan 2 helikopter AH-64 milik Israel. Helikopter itu menmbak pesawat itu dan salah satunya mengenainya dan membunuh kru pilotnya.
helikopter ini juga digunakan selama Intifada Al-Aqsa. Angkatan udara Israel menggunakan heli ini untuk membunuh Syeikh Ahmed Yasin. Selain itu masih banyak negara pengguna helikopter Apache AH-64 ini seperti Inggris, belanda Jepang, Singapura, Uni Emirat Arab dll.
Spesifikasi:
Karakteristik umum:
* Kru: 2: pilot, CPG (co-pilot/gunner)
* Panjang: 58.17 ft (17.73 m) (with both rotors turning)
* Diameter baling-baling: 48 ft 0 in (14.63 m)
* Tinggi: 12.7 ft (3.87 m)
* Disc area: 1,809.5 ft² (168.11 m²)
* Berat kosong: 11,387 lb (5,165 kg)
* Berat isi: 17,650 lb (8,000 kg)
* Max takeoff weight (MTOW): 23,000 lb (10,433 kg)
* Kekuatan: 2× General Electric T700-GE-701 and later upgraded to T700-GE-701C (1990-present) & T700-GE-701D (AH-64D block III) turboshafts, -701: 1,690 shp, -701C: 1,890 shp, -701D: 2,000 shp (-701: 1,260 kW, -701C: 1,490 kW, -701D: 1,490 kW) each
* panjang rangka: 49 ft 5 in (15.06 m)
* sistem baling-baling: 4 blade main rotor, 4 blade tail rotor in non-orthogonal alignment
Performa
* Kecepatan yg tidak boleh dilampaui: 197 knots (227 mph, 365 km/h)
* Kecepatan maksimal : 158 knots (182 mph, 293 km/h)
* Kecepatan jelajah: 143 knots (165 mph, 265 km/h)
* Radius tempur: 260 nmi (300 mi, 480 km)
* Ferry range: 1,024 nmi (1,180 mi, 1,900 km)
* Service ceiling: 21,000 ft (6,400 m)
* Rate of climb: 2,500 ft/min (12.7 m/s)
* Disc loading: 9.80 lb/ft² (47.90 kg/m²)
* Power/mass: 0.18 hp/lb (310 W/kg)
Persenjataan
* Senjata: 1× 30×113 mm (1.18×4.45 in) M230 cannon, 1,200 rounds
* Roket: Roket Hydra 70 FFAR
* Misil: kombinasi AGM-114 Hellfire, AIM-92 Stinger, dan AIM-9 Sidewinder
http://danish56.blogspot.com/2010/12/apache-ah-64-varian-helicopter-pemusnah.html
Selasa, 02 Oktober 2012
Sepintas Mengenai UAV
Tag
Ensiklopebrian
UAV MQ-1 Predator |
Unmanned Aerial Vehicle atau dalam bahasa indonesia
disebut kendaraan udara tak berawak , UAV juga memiliki banyak sebutan lain
seperti “Unmanned aircraft”, "drones", "remotely piloted
vehicles (RPVs)”. UAV sendiri merupakan pengembangan dari Aeromodeling yang
jika pada awalnya Aeromodeling ditunjukan untuk keperluan hobby saja, namun
berbeda dengan UAV, UAV lebih banyak digunakan untuk keperluan militer dari
mulai pengintaian, pemboman sampai pertempuran udara, yang membedakan UAV dengan
Rudal yang dikendalikan adalah UAV dapat digunakan berulang kali sedangkan
rudal meskipun dapat dikendalikan tidak dapat digunakan kembali.
Jika berdasarkan pengertian sederhana UAV adalah
pesawat yang hanya dapat terbang lurus sambil mengumpulkan data atau sering
disebut drones, seiring dengan berjalannya perkembangan teknologi UAV pun
terbagi menjadi 2 jenis yaitu yang dikendalikan dari lokasi lain yang lebih
jauh atau pun yang berjalan sesuai dengan aturan tertentu yang telah diprogram
kedalamnya, UAV memiliki berbagai bentuk, ukuran, konfigurasi dan karakteristik.
contoh dari beberapa UAV yang sering digunakan atau yang telah dibuat adalah RQ-4
Global Hawk, MQ-1 Predator, TAM-5 dan masih banyak UAV lainnya. Setiap UAV memiliki fungsi yang berbeda satu dengan
yang lain, fungsi atau kegunaan UAV yaitu :
1. Pengindraan jarak jauh UAV fungsi penginderaan
jauh mencakup sensor spektrum elektromagnetik, sensor biologis, dan sensor
kimia. Sebuah UAV's dengan sensor elektromagnetik biasanya mencakup spektrum
visual, inframerah, atau kamera dengan inframerah dan juga sistem radar. Detektor
gelombang elektromagnetik lain seperti microwave dan sensor spektrum
ultraviolet juga dapat digunakan, tapi tidak umum. Sensor sensor biologis mampu
mendeteksi kehadiran udara berbagai mikroorganisme dan faktor-faktor biologi
lainnya. Sensor kimia menggunakan spektroskopi laser untuk menganalisis
konsentrasi dari setiap elemen di udara.
Global Hawk |
2. Transportasi UAV dapat mengangkut barang dengan
menggunakan berbagai cara yang didasarkan pada konfigurasi dari UAV itu
sendiri. Kebanyakan muatan disimpan dalam bagian pesawat , namun untuk uav
dengan bentuk helikopter dapat mengangkut di bagian luarnya, kebanyakan UAV digunakan
untuk mengangkut kargo-kargo ringan yang membutuhkan kecepatan pengiriman dan
memiliki resiko pengiriman tinggi.
3. Penelitian Ilmiah pesawat tanpa awak mampu
menembus daerah daerah berbahaya yang tidak memungkinkan bila menggunakan
pesawat berpilot, misalnya daerah pusat badai, perburuan angin topan, penlitian
terbang pada ketinggian tertentu yang berbahaya bagai manusia dan lain lain.
4. Penyerang Bersenjata, beberapa UAV seperti
Predator RQ-1 telah dapat melakukan serangan ke target – target darat, bahkan
Predator RQ-1 juga telah dapat digunakan untuk mengadakan pertempuran antar
pesawat, kemampuan yang dimiliki UAV ini sangat menguntungkan bagi negara –
negara maju karena resiko pengunaan pilot sebagai sandera atau tawanan perang
telah dapat dihilangkan, dan juga dapat digunakan untuk misi misi rahasia dan
yang bersifat sensitif dalam dunia politik internasional.
MQ-9 Reaper |
5. SAR [ Search and Rescue] kemampuan UAV untuk
terbang pada daerah berbahaya memungkinkan UAV dapat terbang bahakan dalam
cuaca terburuk sekalipun, sehingga dapat meningkatkan efektifitas dalam
pencarian korban kecelakanan ataupun korban cuaca buruk lainnya , dan daya terbang
UAV yang tidak tergantung pada ketahanaan pilot mememungkinkan UAV terus
menurus mencari korban tanpa berhenti .
Sistem
Navigasi pada UAV
UAV pada awalnya digunakan selama Perang Vietnam
ditangkap setelah peluncuran dengan video yang merekam dengan mengunakan film
atau kaset di pesawat. Pesawat ini sering kali diluncurkan dan terbang dalam
garis lurus atau dalam lingkaran tertentu sambil mengumpulkan video sampai
mereka kehabisan bahan bakar dan mendarat. Setelah mendarat, film baru
ditemukan untuk di analisis. Karena sifat sederhana pesawat ini, mereka sering
disebut drones. Sistem kontrol radio baru tersedia setelahnya, UAV dikontrol
dari jarak jau dan istilah "kendaraan dikemudikan yang dari jarak jauh"
datang menjadi mode. Saat ini UAV sering menggabungkan Pengendaliaan jarak jauh
dengan komputer dan otomatisasi. Versi yang lebih canggih mungkin memiliki
built-in kontrol dan / atau sistem panduan untuk melakukan tugas tingkat rendah
pilot manusia seperti stabilisasi kecepatan dan jalur penerbangan, dan fungsi
navigasi scripted sederhana seperti berikut titik arah. Karena UAV memiliki
kendali jarak jauh maka UAV. Dapat dipastikan bahwa UAV telah memiliki GPS yang
terintegrasi untuk menentukan posisi UAV sendiri dan targetnya atau tujuan UAV
sendiri.
UAV Buatan Indonesia |
Rabu, 12 September 2012
De Havilland Vampire
Tag
ANGKATAN UDARA
De Havilland Vampire adalah pesawat tempur jet kedua
yang digunakan secara operasional oleh Angkatan Udara Inggris. Prototype jet
tempur ini berhasil melakukan first flight pada tanggal 20 September 1943,
namun tidak sempat diturunkan dalam Perang Dunia II dan baru memperkuat
skadron-skadron tempur RAF pada tahun 1946. Pesawat tempur ini dibuat sebanyak
3.268 unit dalam berbagai varian.
Secara total terdapat 15 varian Vampire, termasuk
varian latih berkursi ganda, varian nigh fighter, dan varian pesawat jet tempur
angkatan laut yang diberi nama Sea Vampire. Prototype Sea Vampire sendiri
mencatatkan sejarah ketika pada tanggal 4 Desember 1945 melakukan pendaratan
dan tinggal landas dari kapal induk HMS Ocean, menjadikannya sebagai pesawat
jet tempur pertama yang melakukan pendaratan dan tinggal landas dari sebuah
kapal induk. Kemudian pada tanggal 14 Juli 1948 varian Vampire F3 mencatatatkan
rekor sebagai pesawat jet pertama yang melakukan penerbangan melintasi samudera
Atlantik.
Vampire termasuk sebagai pesawat tempur yang
terbukti battle proven. Jet tempur ini digunakan oleh Inggris untuk menggempur
gerilyawan komunis selama operasi militer di Malaya. Kemudian Angkatan Udara
India juga menggunakan Vampire dalam perang India-Pakistan tahun 1945. Pesawat
tempur ini juga masih digunakan oleh Rhodesia dalam bush war/perang kemerdekaan
Zimbabwe yang berlangsung dari tahun 1964 sampai dengan tahun 1979.
De Havilland Vampire termasuk pesawat jet tempur
yang cukup sukses secara komersial dan digunakan oleh 31 negara, termasuk
Indonesia. AURI sempat mengoperasikan varian latih D.H.115 Vampire T.11 yang
merupakan pesawat jet pertama yang dimiliki oleh Indonesia. Inggris sendiri
mengoperasikan Vampire sampai dengan tahun 1966, sementara pengguna terakhir
Vampire adalah Rhodesia/Zimbabwe yang baru mempensiunkan pesawat ini pada tahun
1979-1980.
Specifications (Vampire FB.6)
Crew : 1
Powerplant : 1 x 14.9 kN de Havilland Goblin 3
turbojet engine
Length : 9.37m
Wingspan : 11.58m
Height : 2.69m
Weight empty : 3,304 kg
Maximum take-off weight : 5,620 kg
Maximum speed : 882km/h
Range : 1,960 km
Service ceiling : 13,045m
Armament : 4 x 20mm Hispano Mk.V cannons, 8 x 3 inch
rockets, 2 x 225 kg (500 lb) bombs
Rabu, 05 September 2012
INS Viraat, Kapal Induk India Tertua
Tag
ANGKATAN LAUT
INS Viraat (R22) (Sanskrit: Virāṭ.
"Giant") adalah sebuah kapal induk kelas Centaur yang saat ini
beroperasi untuk AL India. INS Viraat adalah flagship dari AL India yang
merupakan kapal induk tertua yang masih beroperasi dan salah satu dari dua
kapal induk yang berada di wilayah Samudera Hindia.
Viraat selesai dibangun dan mulai ditugaskan pada
1959 sebagai HMS Hermes milik Royal Navy Inggris, dan ditransfer ke India pada
1987. Pada 2009 terdapat laporan bahwa setelah selesainya refit di tahun
tersebut, India kemungkinan akan tetap mengoperasikan kapal induk ini hingga
2020. Pada saat itu, kapal induk ini akan menyelesaikan masa tugas selama 60
tahun, lebih dari dua kali perkiraan awal masa dinas/pelayaran selama 25 tahun.
Pada saat itu juga, dua kapal induk produksi dalam negeri India sudah bisa beroperasi
secara penuh, seperti yang diungkapkan oleh sumber dari Al India yang tidak
disebutkan namanya.
Helikopter Sea King |
Air Group Viraat saat ini terdiri dari 12 hingga 18
pesawat fighter Sea Harrier V/STOL dan tujuh atau delapan helikopter anti-kapal
selam Sea King atau Kamov “Hormone”. Dalam keadaan darurat, Viraat dapat
mengoperasikan hingga 30 Harrier. Saat ini, pesawat Sea Harrier dipersenjatai
dengan Sea Eagle Anti-Ship Missiles (ASMs) dan misil Matra 550 Magic.
Helikopternya, seperti Sea King, digunakan sebagai Anti-Submarine Warfare
(ASW), Search-And-Rescue (SAR) dan transport. Kapal induk ini dilengkapi dengan
sistem pertahanan titik misil “Barak” yang dibuat oleh Israel.
Dalam sebuah skenario masa perang, INS Viraat dapat
meluncurkan hingga 18 pesawat tempur. INS Viraat secara ideal cocok untuk dua
misi: mendukung operasi amfibi dan melancarkan operasi ASW (Anti Kapal Selam).
Sejarah
Operasional
Dinas
Royal Navy Inggris
INS Viraat pada awalnya ditugaskan untuk Royal Navy
Inggris sebagai HMS Hermes pada 18 November 1959. Selama karirnya sebagai
Hermes, dia berperan sebagai flagship gugus tugas Royal Navy selama Falkland
Islands Campaign pada 1982. Kapal induk ini kemudian terus bertugas hingga 3
tahun kemudian hingga dipensiunkan dari tugas aktif pada 1985.
Perpindahan
ke AL India
Setelah mengevaluasi kapal-kapal dari beberapa
negara, terutama kapal induk Italia, Garibaldi, AL India membeli HMS Hermes
pada April 1986 dan melakukan perbaikan ekstensif di Devonport Dockyard,
Plymouth, Inggris, untuk memastikan operabilitas kapal hingga dekade mendatang.
Peralatan kontrol penembakan baru, radar navigasi, proteksi NBC yang lebih baik
dan landing deck aids dipasang pada proses perbaikan ini. Boilernya dikonversi
untuk berperasi dengan distillate fuel. Setelah proses perbaikan selesai, kapal
ini ditugaskan ke AL India dengan nama Viraat pada Mei 1987.
First Mid-service Refit
Pada September 1993, ruang mesin Viraat kebanjiran,
membuat kapal induk tersebut sementara tidak dapat beroperasi selama beberapa
bulan. Pada 1995 kapal induk ini kembali beroperasi dengan radar pencari baru.
Second Mid-service Refit
Antara Juli 1999 dan April 2001, INS Viraat selesai
menjalani life-extension refit yang menambah kemungkinan serviceablilitas-nya
hingga 2010. Refit ini meng-upgrade sistem propulsi, paket sensor tambahan
untuk mengeluarkan suara peringatan darurat, dan memperkenalkan sistem
komunikasi modern. Sebagai tambahan, radar survey jarak jauh, sistem
persenjataan dan hangar baru dengan tirai api telah dipasang. Sistem lift
dirubah untuk mengurangi waktu reaksi pada saat adanya serangan dan sistem
alarm banjir baru juga dipasang. Pada awal Juni 2001 Viraat kembali beroperasi
setelah refit hampir 2 tahun lamanya.
Kemudian kapal induk ini juga mengambil bagian dalam
International Fleet Review di Mumbai pada Februari 2001. Wing commander Ashoka
Padmanabhan menerbangkan Tigermoth-B970 dari kapal induk ini yang sedang
bersauh 1,5 mil laut dari Gateway of India.
Third Mid-service Refit
Kapal induk ini harus ditarik ke dok kering untuk
dilakukan perbaikan pada pertengahan 2003 dan kembali beroperasi pada November
2004, selama perbaikan ini kapal dipasangi dengan Barak SAM.
Fourth Mid-service Refit
Viraat menjalani perbaikan keempat selama karirnya
di AL India dari Januari hingga Agustus 2009 di Cochin Shipyard, Kochi, India.
Perbaikan ini diharapkan memastikan berlanjutnya masa tugas kapal induk ini
untuk AL India hingga 2015. Viraat menjalani pelatihan di Laut Arap selama 1,5
bulan sebelum diterjunkan ke Teluk Aden.
Short Refit
Pada 12 Juli 2011 INS Viraat tiba di Cochin Shipyard
untuk perbaikan singkat yang dijadwalkan selesai dalam 2 bulan. Sebagai bagian
perbaikan, kapal dibersikan, diperbaiki dan dicat ulang untuk mengurangi
masalah korosi. Menurut Rear Adm. Anil Kumar Chawla, Assistant Chief of Naval
Staff for Foreign Cooperation and Intelligence, kapal induk mungkin akan
beroperasi hingga 2020, didukung dengan pesawat Sea Harrier-nya untuk operasi
ship-borne.
Decommissioning Plans
Pada 2004, India membeli kapal induk Admiral
Gorshkov dari Rusia dengan harga US$ 2.35 miliar termasuk komponen pesawat.
Kapal induk ini diharapkan mulai beroperasi pada 2013–2014 sebagai INS
Vikramaditya. Viraat diharapkan akan digantikan pada 2015-16 oleh kapal induk
baru buatan dalam negeri, kelas Vikrant. Setelah pembaruan mesin dan hull,
serta upgrade elektronik, kapal induk ini akan dapat beroperasi hingga 2020.
Jika INS Vikramaditya bergabung dengan Western Naval Fleet pada 2012, AL India
akan segera memiliki dua Carrier Battle Groups. Pada 2015, dengan kedatangan
kapal induk baru kelas Vikrant, maka berarti AL India akan memiliki 3 Carrier
Battle Groups.
Struktur
Viraat dilengkap dengan ski jump 12° untuk
mengoperasikan Sea Harrier, sebuah dek penerbangan yang diperkuat, dan lapis
baja setebal 1,2 inci di ruang mesin dan magasin. Kapasitas magasin terdiri
dari 80 torpedo ringan. Kapal induk ini mempertahankan kemampuan angkut komando
hingga 750 pasukan dan membawa empat LCVP landing craft di bagian belakang.
Dalam sebuah skenario masa perang, INS Viraat dapat meluncurkan hingga 18
pesawat tempur. INS Viraat secara ideal cocok untuk dua misi: mendukung operasi
amfibi dan melancarkan operasi ASW (Anti Kapal Selam). Walaupun dengan
mempertimbangkan usia dan jarak, INS Viraat dapat melakukan operasi naval and
air power secara efektif dimana saja di wilayah Asia Selatan.
Karakteristik Umum
Struktur:
Kelas dan Tipe: Kapal Induk Kelas Centaur
Bobot: 23,900 ton (standar); 28,700 ton (beban
penuh)
Panjang: 226.5 m (743 kaki)
Beam: 48.78 m (160.0 kaki)
Draught: 8.8 m (29 kaki)
Performa:
Propulsi: 2 x Parsons geared steam turbines; 4 boiler
dengan 400 psi, 76,000 shp
Kecepatan: 28 knots (52 km/h)
Jarak: 6,500 mi (10,500 km) pada kecepatan 14 knots
(26 km/h)
Komplemen:
Maksimum 2,100;
1,207 awak kapal
143 air crew
Sensor
dan Sistem Pemrosesan:
1 x radar udara BEL/Signaal RAWL 02
1 x radar udara/permukaan RAWS 08
2 x radar navigasi BEL Rashmi
1 x radar kendali penembakan EL/M-2221 STGR
1 x radar Plessey Type 904
1 x sistem FT 13-S/M Tacan
Sonar:
1 x sonar terpasang di hull Graseby Type 184M
Electronic
warfare and decoys:
1 x BEL Ajanta ESM
2 x peluncur chaff Knebworth Corvus
Persenjataan:
2 x 40mm Bofors AA guns
16 x Barak SAM VL cells
Air
Group:
(Kapasitas total 30 Pesawat):
Fleet Defence - Sea Harrier FRS51
Airborne Early Warning - Kamov Ka-31 Helix-B
ASW/ASV - Sea King Mk. 42B dan Kamov Ka-28 Helix-A
Commando Assault and Vertical Replenishment - Sea
King Mk. 42C
Minggu, 02 September 2012
USS Independence (LCS-2)
Tag
ANGKATAN LAUT
USS Independence (LCS-2) adalah prototipe untuk
kapal dari kelas Independence littoral combat ship, di mana angkatan laut
Amerika Serikat akan mempunyai kapal dari kelas ini sebanyak 6 buah. Dan kapal
ini diproduksi oleh konsorsium General Dynamics untuk angkatan laut Amerika
Serikat pada program littoral combat ship. Dan kapal kelas USS Independence
(LCS 2) ini akan bersaing dengan Lockheed Martin yang merancang USS Freedom
(LCS 1).
Kapal ini merupakan kapal tempur angkut ringan yang
dapat berperan dalam berbagai kemampuan dengan cara pemasangan modul misi.
Kapal dirancang dengan bentuk trimaran yang dapat melaju dengan kecepatan lebih
dari 40 knot ( 74 km/jam atau 46 mil/jam) dan saat ini telah diserahkan kepada
pihak angkatan laut Amerika Serikat pada akhir tahun 2009 yang lalu.
Desin dari USS Independence (LCS-2) ini berdasarkan
pada trimaran kecepatan tinggi (Benchijigua Express) yang dibangun oleh Austral
(Henderson Australia). Kapal permukaan ini mempunyai panjang 127 meter dengan
jumlah pelaut sebanyak 40 orang. Dan kapal ini sebenarnya masih dapat dipacu
sampai kecepatan 50 knot ( 90 km/jam atau 60 mil/jam) dengan radius sejauh
10.000 mil laut (19.000 km). Kapal ini dapat memuat muatan sampai volume 11.000
meter kubik dan untuk pesawat helikopter tersedia dek seluas 1.030 meter
persegi sehingga dapat mendukung pengoperasian 2 helikopter SH-60 Sea Hawk,
beberapa UAV atau satu buah helicopter CH 53 Sea Stallion.
Kapal ini juga membawa beberapa persenjataan
sehingga mempunyai kemampuan untuk membela diri. Namun demikian tidak seperti
kapal tempur tradisional yang lainnya yang membawa persenjataan tetap seperti
meriam dan peluru kendali. Modul misi kapal ini dapat disusun untuk satu paket
misi untuk suatu waktu. Modul dapat terdiri dari pesawat berawak, pesawat tak
berawak, off board sensor dan lain sebagainya.
USS Independence (LCS-2) ini berintegrasi dengan LOS
Mast, Sea Giraffe 3D radar dan SeaStar Safire FLIR.Bagian samping dan depan
bentuknya menyudut untuk mengurangi profil radar. Sebagai tambahan yang berupa
helikopter dari keluarga H-60 yang berguna untuk angkut udara, SAR, anti kapal
selam, dan anti kapal permukaan dengan adanya rudal dan torpedo yang dibawa
oleh helikopter tersebut. Sistem pertahanan rudal Raytheon Evolved SeaRAM
dipasang pada bagian atas atap hangar. SeaRAM di kombinasikan dengan sensors
dari Phalanx 1B close-in weapon system dengan 11 peluncur peluru kendali untuk
Rolling Airframe Missile (RAM), dibuat sistem yang bekerja secara otomatis. Northrop Grumman pernah mendemontrasikan gabungan
sensor baik on dan off-board sistem di Integrated Combat Management System
(ICMS) yang dipakai di Independence.
spesifikasinya :
Nama : USS Independence (LCS-2)
Pembangun : Austal (Henderson, Australia)
Diluncurkan : 26 April 2008
Mulai beroperasi : 16 Januari 2010
Status : aktif mulai thun 2010.
Pangkalan : San Diego.
Karakteristik umum :
Kelas dan tipe : Independence, littoral combat ship
Berat : 2.176 ton kosong dan 2.784 ton penuh.
Panjang : 127,4 m (418 kaki).
Tinggi : 31.6 m (104 kaki)
Rabu, 15 Agustus 2012
Kapal Perusak (Destroyer)
Tag
Ensiklopebrian
Kapal Perusak USS Zumwalt |
Kapal perusak atau destroyer merupakan kapal perang yang
mampu bergerak cepat serta lincah bermanuver. Fungsi kapal perusak adalah
memproteksi armada kapal perang yang berukuran lebih besar seperti kapal induk (carrier)
atau capital warship (kapal tempur (battleship) atau kapal penjelajah
(cruiser)) dari ancaman serangan peralatan perang yang lebih kecil seperti
kapal terpedo, kapal selam atau pesawat terbang.
Sebelum Perang Dunia II, kapal perusak merupakan kapal
perang ringan yang tidak memiliki ketahanan untuk beroperasi di laut lepas,
sehingga harus beroperasi secara berkelompok. Selama dan setelah perang, kapal
perusak menjadi kapal yang mandiri dan tonasenya serta perannya semakin
bertambah, terutama ketika cruiser menjadi sangat berperan pada tahun 1950 and
60-an.
Pada awal abad ke-21, kapal perusak menjadi kapal perang
permukaan terberat dengan fungsi yang sangat umum, hanya empat negara (Amerika
Serikat, Rusia, Perancis dan Peru) yang mengoperasikan cruiser (kapal yang
lebih besar) dan tidak ada lagi negara yang mengoperasikan battleship. Kapal
perusak modern memiliki tonase yang hampir sama dengan cruiser masa Perang
Dunia II, tetapi secara persenjataan sudah sangat superior bahkan mampu
mengangkut misil nuklir yang mampu menghancurkan sebuah kota dalam waktu singkat.
SEJARAH
SINGKAT
Sejarah perkembangan kapal perusak dimulai dari revolusi
industri pada pertengahan abad ke-19 yang telah mengevolusikan kapal layar
menjadi kapal bermesin uap. Pada tahun 1897, seorang insinyur muda bernama
Charles Parsons membuat AL Inggris tercengang dengan penemuan turbin uapnya.
Penemuan ini sangat revolusioner dan bermanfaat sekali untuk meningkatkan
kemampuan kapal perang. Di bidang persenjataan, juga terjadi revolusi akibat
munculnya torpedo. Robert Whitehead menemukannya pada tahun 1866.
Kapal Perusak milik Jepang |
Kemunculan torpedo telah memunculkan konsep kapal perang
baru, yaitu kapal torpedo. Karena sangat lincah dan bentuknya kecil, maka kapal
cepat ini menjadi ancaman nyata bagi kapal-kapal perang besar. Kapal tempur
(battleship) misalnya, dengan tubuhnya yang besar dan meriam-meriam besarnya,
terlalu lamban untuk menghadapi kapal sekecil itu.
Oleh sebab itu untuk melindungi kapal-kapal perang besar
dari serangan kapal torpedo, dirancanglah kapal perang lebih kecil yang lincah
dengan memiliki beraneka kaliber senjata yang dapat menembak cepat. Maka
muncullah si perusak kapal torpedo (torpedo boat destroyer). Lama-lama namanya
disederhanakan menjadi destroyer saja atau kapal perusak.
Evolusi desain kapal perusak terjadi tatkala Perang Dunia I
meletus. Pada masa itu muncul ancaman dari kapal selam U-Boat bagi armada kapal
perang. Akibatnya mau tak mau kapal perusak harus dilengkapi senjata penangkal
kapal selam. Senjata yang dimaksud tak lain berupa bom dalam (depth charges)
serta sonar untuk mengetahui posisi kapal selam lawan.
Perubahan kapal perusak kembali terjadi dalam Perang Dunia
II. Lagi-lagi disebabkan oleh arsenal baru yang dilibatkan. Kali ini lawan
tangguh muncul dari udara, pesawat terbang. Sekali lagi ada tipikal senjata baru
berupa kanon antipesawat mesti dijejalkan. Akibat penambahan arsenal, berarti
dimensi luas dek maupun bobot kapal bakal melonjak. Efeknya, destroyer menjelma
menjadi kapal penjelajah (cruiser).
Perubahan kelas itu tidak menjadi masalah bagi angkatan laut
yang berencana membangun kapal perusak baru. Tetapi untuk armada kapal yang
sudah operasional tentu menjadi masalah. Solusi singkat didapat dengan
mengadopsi meriam fungsi ganda (dual purpose canon). Meriam ini selain bisa
digunakan untuk menghantam target permukaan, ia bisa pula dipakai merontokkan
pesawat. Ciri khas meriam ini adalah kecepatan tembak (rate of fire) lebih
tinggi daripada meriam anti kapal (satu fungsi/single purpose).
PENGAWAL
KAPAL INDUK
Pasca Perang Dunia II, kapal perusak merupakan salah satu
kapal yang terhindar dari kepunahan. Ini lantaran dengan biaya operasional
lebih rendah daripada battleship, ia sudah bisa dipakai menangkal ancaman
multidimensi. Permukaan, bawah permukaan, serta atas permukaan, semuanya bisa
diatasi kapal perusak.
Berakhirnya perang dunia juga menandai munculnya trend baru
dalam strategi pertempuran laut. Untuk menghantam target jarak jauh (over
horizon target), meriam-meriam kaliber raksasa battleship sekarang tidak lagi
sakti. Perannya digantikan oleh pesawat-pesawat tempur yang berbasis di kapal
induk. Taktik perang maritim modern model ini sering dinamakan gugus tugas
carrier battle group. Kapal perusak sendiri menjadi bagian dalam gugus tugas
ini.
Menanggapi terobosan tadi, AS pernah berusaha untuk meracik
kapal perusak varian baru, spesialis pengawal kapal induk. Kapal berbobot di
atas 3.500 ton yang selesai tahun 1953-54 ini masuk ke dalam kelas Mitscher.
Berbeda dengan kapal sejenis sebelumnya, Mitscher hanya mencomot arsenal yang
tergolong ringan. Sebut saja diantaranya sepasang meriam otomatik dual purpose
kaliber 127 mm, sepasang meriam ganda kaliber 75 mm, torpedo, hingga roket
antikapal selam, Alfa. Untuk menghalau musuh yang lebih kuat, kapal perusak ini
bergantung pada perlindungan pesawat tempur milik kapal induk.
Minggu, 29 Juli 2012
F-117A Nighthawk, Pesawat Siluman Pertama AS
Tag
ANGKATAN UDARA
F-117A Nighthawk merupakan pesawat siluman serang darat
hasil dari program pesawat siluman Lockheed Have Blue, dan merupakan pesawat
pertama yang dirancang khusus untuk menggunakan teknologi siluman.
F-117A banyak mendapatkan publikasi pada masa Perang Teluk.
Kini Angkatan Udara Amerika Serikat berencana untuk mempensiunkan F-117,
dikarenakan akan mulai dipakainya F-22 Raptor yang lebih efektif. F-117 akan
mulai dipensiunkan secara bertahap dari Oktober 2006 sampai 2008, dan sudah
tidak ada lagi pilot baru yang dilatih untuk menggunakan pesawat ini.
Penamaan huruf "F-" pada pesawat ini secara
resmi tidak pernah dijelaskan. Namun, diperkirakan penamaan ini menggunakan
konvensi penamaan pesawat militer Angkatan Udara Amerika Serikat sebelum tahun
1962, misalnya seperti F-111. Pada pesawat militer Amerika Serikat setelah
tahun 1962, penamaan "F-" biasanya untuk pesawat tempur udara ke
udara, "B-" untuk pesawat pengebom, "A-" untuk pesawat
serang darat, dan "C-" untuk pesawat kargo (contohnya F-15 Eagle, B-2
Spirit, A-6 Intruder, dan C-130 Hercules). Pesawat siluman ini merupakan
pesawat serang darat, karena itulah huruf awal "F-" dan penomorannya
masih menjadi misteri.
Baru-baru ini sebuah film dokumentasi yang
mewawancarai seorang anggota senior tim pengembangan F-117, mengatakan bahwa
pilot-pilot terbaik akan lebih tertarik untuk mencoba pesawat "F-",
dibandingkan pesawat "B-" atau "A-".
Cara
Kerja Sistem Stealth Pada F-117
Pada gambar diatas Sebuah pesawat F-117 dapat menghindari
radar karena pada desain pesawat tersebut memiliki minus lekukan sehingga radar
yang datang dari musuh akan di pantulkan sehingga yang muncul pada monitor RCS
musuh hanyalah dot-dot (titik-titik) yang sangat kecil yang bisa dianggap
sebagai gerombolan burung dan bukanlah pesawat yang sedang menyelinap.
Mirip cara Terbang
Burung Walet
Pesawat tanpa sistem
stealth (siluman)
Gambar kedua ini adalah
sebuah pesawat F-15 Eagle yang dalam desainnya banyak memiliki lekukan-lekukan
tajam pada body nya sehingga dapat di tangkap oleh radar dengan baik dan muncul
dalam monitor RCS sebagai dot-dot pesawat tempur yang menyusup.
Pada prinsipnya, supaya pesawat tersebut menjadi
stealth (siluman) adalah cara memperkecil Radar Cross Section (RCS) yang tampak
pada Radar. Langkah yang dilakukan adalah membuat desain bentuk pesawat
tersebut sedemikian rupa sehingga permukaan-permukaan pesawat sekecil mungkin
memantulkan energi yang dipancarkan radar untuk ditangkap kembali oleh antena
radar. Bahkan bila perlu bentuk pesawat tersebut sama sekali tidak memantulkan
energi radar. Kalaupun dipantulkan, diusahakan agar pantulan energi radar tersebut
diarahkan ke arah lain sehingga jika ada yang tertangkap kembali, paling tidak
hanya sebagian kecil saja. Untuk itu, maka bentuk pesawat dibuat aneh tidak
seperti biasanya. Seperti contoh, bentuk pesawat B-2 yang memiliki rentang yang
sama panjangnya dengan rentang pesawat DC-10 namun bentuknya dibuat pipih dan
melengkung di bagian tengah badannya. Dengan bentuk demikian, disamping cepat
rambat pancaran radar diperlambat juga memberikan efek pantulan ke segala arah.
Bentuk sayap pesawat juga memengaruhi pantulan
pancaran energi radar. Bentuk sayap pesawat lama yang lurus ke samping misalnya
memberikan pantulan yang sempurna sehingga pesawat ini mudah terdeteksi. pada
layar monitor, titik RCS pesawat-pesawat itu tampak besar.
Melihat kenyataan demikian, kemudian orang membuat
sayap sayung kebelakang, memang memperkecil pantulan namun tidak memuaskan
karena RCS makin besar, maka dibuatlah delta yang membuat sebagian besar
pancaran radar yang mengenai sayap itu, sebagian besar dibuang ke arah lain. Kemudian
dibuat sayap dengan bentuk sabit seperti yang dimiliki pesawat-pesawat generasi
berikutnya. Dengan membuat lengkungan pada bagian sayap, leading edge, maka
pantulan ke arah lain semakin sempurna.
AH-64 Apache |
Kemudian umumnya desain pesawat stealth tidak
mengijinkan adanya pylon atau penggantung rudal maupun roket yang digantungkan
pada badan dan sayap pesawat seperti yang dijumpai pada pesawat umumnya.
Sehingga rudal ditempatkan pada rak-bom (bomb bay) khusus.
Cara lain yakni dengan menggunakan material khusus
yang dikenal sebagai RAM (Radar Anti material) yang merupakan bahan penyerap
energi pancaran radar. Bahan-bahan tersebut antara lain komposit berupa
graphyte epoxy dari karbon. Karena bahan itulah, maka energi radar tidak
terpantulkan.
Mungkin seperti itulah gambaran mudahnya mengapa sebuah pesawat bisa lolos dari monitor pengawas musuh. Walapun begitu, pesawat F-117 ternyata memiliki kelemahan juga, pada saat konflik Yugoslavia, pesawat ini tertangkap radar dan tertembak jatuh oleh misil SA-3 SAM buatan Russia.
Ternyata jatuhnya pesawat itu pada saat bom bay nya (pintu bom) dalam keadaan terbuka sehingga mungkin sudut-sudut tajam itulah yang tertangkap oleh radar kemudian di seranglah dengan misil darat ke udara tersebut (surface to air missile).
Kesimpulannya, akan perlu penyempurnaan pada setiap generasi pesawat tempur, dengan penyempurnaan tersebutlah pihak suatu negara memperkecil jumlah korban jiwa yang berjatuhan.
Karakteristik
umum
Panjang :
65 ft 11 in
Lebar sayap :
43 ft 4 in
Tinggi :
12 ft 9.5 in
Luas sayap :
780 ft²
Bobot kosong :
29,500 lb
Bobot terisi :
52,500 lb
Mesin : 2× General Electric F404-F1D2 turbofans, 10,600 lbf masing-masing
Kinerja
Laju maksimum :
Mach 0.92 (617 mph, 993 km/h)
Laju jelajah :
Mach 0.92
Jarak jangkau :
930 NM
Batas tertinggi servis : 69,000 ft
Beban sayap :
65 lb/ft²
Dorongan/berat :
0.40
Persenjataan
2 × internal weapons bays with one hardpoint each
(total of two weapons) equipped to carry:
Bombs:
BLU-109 hardened
penetrator
GBU-10 Paveway II
laser-guided bomb
GBU-12 Paveway II
laser-guided bomb
GBU-27 Paveway III
laser-guided bomb
JDAM INS/GPS guided
munition
Sumber :
id.wikipedia.org
terselubung.blogspot.com
www.indowebster.web.id
kaskus.co.id
Langganan:
Postingan (Atom)