Secara umum, artileri merupakan sebutan untuk senjata berat jarak jauh. Pada awalnya, istilah artileri (bahasa Perancis: artillerie) digunakan untuk menyebut alat berat apapun yang menembakkan proyektil di
Dalam pengertian TNI-AD, senjata artileri meliputi Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) dan Artileri Medan (Armed). Termasuk dalam Arhanud adalah meriam dan peluru kendali anti pesawat udara. Sedangkan Armed terdiri dari meriam, howitzer, mortir berat dan roket.
Sejarah artileri Modern
Pada awal abad ke-20, senjata infanteri sudah semakin kuat dan akurat, membuat artileri harus dijauhkan dari garis depan
Selain itu, pelurunya juga dapat berisi bahan peledak dengan jumlah lebih banyak. Jerman menyadari hal ini dan memulai perang dengan howitzer yang lebih banyak dari Perancis. Perang Dunia I juga ditandai dengan adanya Meriam Paris, meriam terjauh yang pernah ditembakkan. Meriam berkaliber 200 mm ini digunakan Jerman untuk menembak ke
Perang Dunia II mencetuskan perkembangan baru dalam teknologi meriam, antara lain peluru sabot, proyektil bahan peledak hampa, dan sumbu berjarak, semuanya cukup penting. Sumbu berjarak mulai dipakai di
Teknologi ini juga dipakai pada proyektil anti pesawat, dan digunakan di
Salah satu yang paling populer dalam altileri dan pertahanan anti serangan udara adalah penggunaan ZSU-23/4 (SPAAG) yang dalam inovasinya terus berkembang baik dari sistem dinamik maupun radar system.
ZSU-23/4 adalah Salah satu contoh proyek yang dihasilkan oleh Ulyanovsk Mechanical Plant di Rusia. Upgrade mencakup RPK-2 radar berbasis yang mengintegrasikan kontrol yang memudahkan dalam melakukan serangan kepada target pesawat musuh. Sistem ZSU -23 ini dilengkapi dengan peralatan canggih lainnya mulai dari sistem digital yang terhubung ke komputer remote surveilans sumber data dan penargetan. Yang lainnya termasuk sensor ptik, yang memungkinkan sistem untuk melakukan searching target diluar radaar. Varian terbaru dari ZSU-23 ini adalah Igla (SA-18) missiles, di ZSU-23-4M5 dan penggantian yang quad dengan senapan kembar barel Tulamashzavod 2A38M 30mm cannons (juga digunakan dalam 2S6M Tungushka). ZM Tranow dari Polandia, yang menghasilkan dua barel ZSU-23-2 di bawah lisensi yang terpasang pada sistem 2S1 howitzer chassis, terintegrasi dengan empat moncong tembakan remote kontrol Grom ringan anti missiles pesawat terbang .
ZSU-23 / 4 Shilka juga mendapat tambahan sistem kontrol untuk menunjang daya tembakan yang terintegrasi dan terpadu dengan di lengkapi multi-Sensor yang di dikembangkan secara bersama antara perusahaan India Barat Dynamics dan Israel Aerospace Industrie's MBT.
Kendaraan tempur yang telah dimodernisasi ditampilkan di pada acara Aero India, pada varian terbaru dipasang dengan 359 BHP Caterpillar utama mesin diesel serta alas-mount radar, thermal imager, pengindaraan malam hari dan laser rangefinder yang memungkinkan kendaraan yang beroperasi secara pasif atau 'emitting 'Mode pencarian.
Radar ZSU-23 / 4 mampu mendeteksi target pada kisaran 15km dan mampu mengunci target pada jarak 9 km. Sensor pasif optronic dapat beroperasi secara independen dari radar yang mendeteksi dan melacak target udara sepanjang 8 km. Empat 23mm senjata yang efektif dalam kisaran 2.500 meter dengan ketinggian 1.500 meter. Kendaraan tempur ZSU-23 ini dipasang dengan dua operator konsol, di samping itu terdapat satu unit sistem pelacakan target secara spesifik serta nantinya akan di lengkapi dengan persenjataan berupa roket. Sistem ini diharapkan kedepan mampu menjawab sisi defence dalam upaya pencegahan dan momok yang menakutkan bagi pesawat tempur musuh .
0 komentar:
Posting Komentar