Yamato adalah kapal tempur
Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia II, sekaligus kapal utama
dalam Armada Gabungan Jepang. Nama kapal ini diambil dari nama Provinsi Yamato.
Sebagai kapal pertama dalam kelasnya, Yamato merupakan kapal tempur terbesar
dan terberat yang pernah dibangun. Berat kapal dengan muatan penuh 72.800 ton,
dan dipersenjatai dengan sembilam meriam utama kaliber 46 cm (18,1 inci).
Kapal ini dibangun dari 1939 hingga 1940 di Arsenal Angkatan
Laut Kure, Prefektur Hiroshima, dan secara resmi mulai ditugaskan pada akhir
1941. Sepanjang tahun 1941, Yamato dijadikan kapal pemimpin yang dinaiki
Laksamana Isoroku Yamamoto. Kapal ini pertama kali berlayar sebagai anggota
Armada Gabungan selama Pertempuran Midway Juni 1942. Selama tahun 1943. Yamato
hanya pernah sekali menembakkan meriam utama ke sasaran musuh. Kesempatan itu
diberikan kepadanya pada bulan Oktober 1944, namun Yamato segera diperintahkan
pulang setelah serangan dari kapal perusak dan pesawat-pesawat tempur dari
gugus tugas kapal induk pengawal "Taffy" berhasil menenggelamkan tiga
kapal penjelajah berat dalam Pertempuran Lepas Pantai Samar.
Persenjataan kapal perang Yamato
Meriam utama Yamato terdiri dari sembilan meriam laut 40 cm/45 Tipe 94 kaliber
18,1 inci yang merupakan artileri angkatan laut berkaliber terbesar yang pernah
dipasang di atas kapal perang. Panjang masing-masing meriam 21,13 m dan
beratnya 147,3 metrik ton. Meriam ini mampu menembakkan peluru penembus perisai
berdaya ledak tinggi hingga sejauh 42,0 km. Meriam sekunder terdiri dari dua
belas meriam kaliber 6,1 inci (15 cm) yang dipasang di empat menara meriam
(satu di depan, satu di belakang, dua di tengah kapal), dan dua belas senjata
kaliber 5 inci (13 cm) yang dipasang di enam menara meriam ganda (tiga di
masing-masing sisi bagian tengah kapal). Selain itu, Yamato membawa 24 senapan
antipesawat yang sebagian besar di pasang di bagian tengah kapal. Ketika
dilengkapi kembali pada tahun 1944, meriam sekunder diganti menjadi enam meriam
kaliber 6,1 inci (15 cm), dua puluh empat meriam kaliber 5 inci (13 cm), dan
seratus enam puluh dua senjata antipesawat kaliber 1 inci (2,5 cm) sebagai
persiapan pertempuran laut di Pasifik Selatan.
Misi Yamato
Pada 16 Desember 1941, Yamato secara resmi ditugaskan di
Kure di bawah pimpinan Kapten (naik pangkat
sebagai Laksamana Madya) Gihachi Takayanagi sebagai komandan kapal. Pada hari
yang sama, Yamato bergabung dengan Divisi Kapal Tempur I bersama-sama dengan
kapal tempur Nagato dan Mutsu. Pada 12 Februari 1942, Yamato dijadikan kapal
pemimpin Armada Gabungan di bawah komando Laksamana Isoroku Yamamoto.Setelah
serangkaian uji coba di laut dan permainan perang, Yamato dinyatakan siap
beroperasi secara penuh dan mulai bertugas sejak 27 Mei 1942. Yamato juga
ditugaskan sebagai kapal tempur utama Isoroku Yamamoto sebagai persiapan
menghadapi Pertempuran Midway. Dalam Pertempuran Midway, Laksamana Yamamoto
memimpin kekuatan laut Jepang dari atas anjungan Yamato.Setelah kapal induk
Jepang menderita kekalahan (empat kapal induk dan 332 pesawat yang diangkutnya
hancur), Yamato dan kapal-kapal tempur utama ditarik mundur ke Hashirajima.
Pada 25 Februari, Yamato dan Musashi dipindahkan dari Divisi Kapal Tempur I ke
Armada Kedua. Yamato kembali masuk dok untuk peningkatan kemampuan radar dan
sistem antipesawat sepanjang bulan Maret 1944. Pada awal Juni 1944, Yamato dan
Musashi mengangkut pasukan ke Biak dengan misi tambahan memperkuat pertahanan
angkatan laut dan garnisun di Pulau
Biak.
Ketika markas besar Ozawa mendengar serangan kapal induk Amerika Serikat ke
Kepulauan Mariana, misi dibatalkan.Dari 19 Juni hingga 23 Juni 1944, Yamato
mengawal Armada Mobil Ozawa selama Pertempuran Laut Filipina yang dijuluki
pilot-pilot Amerika Serikat sebagai "Pesta Menembak Ayam Kalkun Mariana
Raya". Kerugian pihak Jepang melebihi 400 pesawat tempur, tiga kapal induk
tenggelam akibat serangan kapal selam dan serangan udara.Setelah pertempuran
selesai, Yamato dan Armada Mobil ditarik mundur ke Brunei untuk pengisian bahan
bakar dan dipersenjatai kembali.
Dari 22 Oktober hingga 25 Oktober 1944, Yamato bergabung dengan armada Kekuatan
Tengah di bawah komando Takeo Kurita dalam Pertempuran Teluk Leyte yang
merupakan pertempuran laut terbesar dalam sejarah. Ketika sedang berlayar,
armada Kurita diserang kapal selam USS Darter dan USS Dace di Selat Palawan. Atago yang dijadikan kapal bendera oleh Kurita
dan Maya ditenggelamkan dengan tembakan torpedo, sementara Takao rusak. Keadaan
ini memaksa Kurita untuk memakai Yamato sebagai kapal bendera. Sepanjang
Pertempuran Laut Sibuyan, Yamato dijatuhi tiga bom penembus perisai dari
pesawat pengebom yang berpangkalan di atas kapal induk USS Essex, sementara
Musashi tenggelam setelah dihantam 17 torpedo dan 19 bom. Pada malam 24 Oktober,
Kekuatan Tengah Kurita melayari Selat San Bernardino, dan menyerang sekelompok
kecil kapal induk pengawal dan kapal-kapal penjelajah segera setelah pagi tiba.
Tembakan Yamato berhasil mengenai sebuah kapal induk pengawal, sebuah kapal
perusak, dan sebuah kapal perusak pengawal. Setelah memastikan tembakan meriam
utama tepat mengenai sasarannya di USS Gambier Bay.
Setelah pertempuran di lepas pantai Samar, Yamato dan sisa-sisa Angkatan A
kembali ke Brunei.
Pada 15 November 1944. Pada 21 November, ketika sedang melewati Laut Cina Timur
dalam perjalanan menuju Pangkalan Angkatan Laut Kure, Yamato dan kapal-kapal
dalam gugur tempurnya diserang kapal selam USS Sealion. Kapal tempur Kongo dan
sejumlah kapal perusak tenggelam.Setibanya di Kure, Yamato sehera masuk dok kering untuk
perbaikan dan peningkatan kemampuan sistem senjata antipesawat. Senjata anti
pesawat yang lama diganti sistem baru.
Karamnya sang raksaksa
Pada 19 Maret 1945, Yamato diserang habis-habisan oleh pesawat terbang dari USS
Enterprise, USS Yorktown, USS Intrepid yang menyerbu pangkalan angkatan laut
utama Jepang di Kure ketika Yamato sedang didok.Namun Yamato hanya menderita
kerusakan ringan, berkat pengawalan pilot instruktur pesawat tempur Jepang yang
menerbangkan pesawat tempur Kawanishi N1K "Shiden" atau
"George". Skuadron ini dipimpin pilot Minoru Genda yang merencanakan
Pengeboman Pearl Harbor. Kehadiran pesawat-pesawat tempur Kawanishi N1K yang
setara kalau tidak lebih superior dibandingkan F6F Hellcat membuat pilot-pilot
Amerika terkejut, dan beberapa pesawat Amerika Serikat ditembak jatuh. Tembakan
defensif antipesawat dan plat perisai dek atas yang tebal juga menjaga Yamato
dari kerusakan yang serius. Pada 29 Maret 1945, Yamato berangkat dengan amunisi
penuh, dan bersiap-siap melakukan pertempuran di
Okinawa
dalam Operasi Ten-Go.
Apa itu operasi Ten Go?
Operasi Ten-Go yang dimulai 6 April 1945 adalah misi bunuh diri di lepas pantai
Okinawa yang dilakukan secara sengaja oleh Yamato dan sembilan kapal
pengawalnya. Ketika berangkat dari
Kure, Yamato
direncakan untuk dikandaskan di pantai
Okinawa,
dan bertugas sebagai stasiun tempur yang tidak tertenggelamkan. Meriam-meriam
berat kaliber 18,1 inci menurut rencana akan dipakai untuk melakukan
bombardemen ke pasukan Amerika Serikat yang berada di
Okinawa.
Yamato hanya membawa bahan bakar cukup untuk sampai ke
Okinawa.
Persediaan bahan bakar yang ada memang sudah tidak cukup untuk mengantarkan
Yamato ke Okinawa dan pulang kembali ke
Kure.
Ketika berlayar di Selat Bungo, Yamato dan kapal-kapal pengawalnya dipergoki
oleh kapal selam Amerika Serikat USS Threadfin dan USS Hackleback. Keduanya
melapor ke Gugus Tugas 58 tentang posisi Yamato.
Pada pukul 12.32 tanggal 7 April 1945, Yamato menyambut serangan gelombang
pertama yang terdiri dari 280 pesawat dari Gugur Tugas 58, terkena tiga kali
(dua bom, satu torpedo). Pada pukul 14.00, dua kapal pengawal Yamato
tenggelam.Tidak lama kemudian, Yamato dan kapal-kapal pengawal yang tersisa
menjadi sasaran serangan gelombang kedua yang terdiri dari 100 pesawat. Pada
pukul 14.23, setelah dihantam 10 torpedo dan kejatuhan 7 bom, ruang amunisi
Yamato meledak. Asap ledakan membubung setinggi 6,4 km dan dapat dilihat dari
Kyushu yang berjarak 160 km dari lokasi tenggelamnya Yamato.Sejumlah 2.498 awak
dari total 2.700 awak Yamato dinyatakan hilang, termasuk komandan armada
Laksamana Madya Seiichi Ito.
0 komentar:
Posting Komentar