General characteristics
Sabtu, 07 Juli 2012
Nakajima J9Y Kikka, Pesawat Bermesin Jet Pertama Jepang
Tag
ANGKATAN UDARA
Kikka adalah pesawat bermesin jet pertama Jepang yang
dikembangkan pada akhir PD II dan prototipe pertamanya hanya sempat terbang 1
kali sebelum PD II berakhir. Setelah atase militer Jepang di Jerman menyaksikan
uji coba Messerschmitt Me 262 pada tahun 1944, IJN mengeluarkan permintaan
kepada Nakajima untuk mengembangkan pesawat sejenis untuk digunakan sebagai
pesawat attack bomber. Diantara spesifikasi yang diajukan termasuk pula
kebutuhan bahwa pesawat ini bisa diproduksi oleh tenaga kerja yang kurang terlatih,
dan sayap pesawat mempunyai kemampuan untuk dilipat. Fitur ini dibutuhkan
ketika pesawat disembunyikan didalam gua dan terowongan di sekitar Jepang pada
saat IJN mempertahankan tanah air. Desainer Nakajima, Kazuo Ohno dan Kenichi
Matsumura memberikan desain pesawat yang kuat namun mempunyai bentuk yang tidak
terlalu mirip dengan Me 262.
Pada awawlnya Kikka didesain untuk menggunakan mesin
Tsu-11, sebuah mesin thermojet "kasar" yang memiliki bentuk tak lebih
hanya mesin jet dengan sebuah ducted fan dilengkapi afterburner. Desain
selanjutnya direncanakan untuk mesin Ne-10 (TR-10) centrifugal-flow turbojet,
dan mesin Ne-12, yang menggunakan kompresor 4 tahap dibagian depan dari mesin
Ne-10. Percobaan pada mesin ini kemudian menunjukkan bahwa mesin tersebut tidak
menghasilkan daya yang mumpuni untuk menerbangkan pesawat, dan proyek tersebut
untuk sementara tertunda. Kemudian diputuskan untuk memproduksi mesin axial
flow turbojet baru berdasarkan mesin BMW 003.
Pengembangan mesin tersebut sangat mengganggu, hanya
berdasarkan tak lebih dari foto dan diagram potong (cut-away drawing); tapi
sebuah unit mesin Ishikawajima Ne-20 akhirnya selesai dibuat. Pada musim panas
1945, proyek Kikka akhrinya membuat kemajuan sekali lagi dan pada tahap ini,
berkaca dari situasi perang yang makin memburuk, dimungkinkan bahwa IJN
menggunakan Kikka sebagai pesawat kamikaze walaupun prospek tersebut
dipertanyakan dari segi biaya dan tingkat kerumitan yang diasosiasikan dengan
mesin turbojet. Sebagaimana hal lainnya, proyek yang lebih ekonomis
diperuntukkan bagi pesawat dengan fungsi sesimpel Nakajima Tōka (didesain untuk
menggunakan stok mesin yang "kadaluarsa" / obsolete), Kawanishi Baika
yang menggunakan mesin pulsejet, dan Yokosuka Ohka yang menggunakan mesin yang
sama, sedang dalam proses produksi massal.
Dibandingkan Me 262, airframe Kikka lebih kecil dan
memiliki desain yang lebih konvensional, menggunakan straight wing
(dibandingkan swept wing) dan ekor yang lebih "rata". Karakteristik
lambung segitiga seperti pada Me 262 dikurangi dikarenakan tangki bahan bakar yang
lebih kecil. Roda pendarat utama Kikka menggunakan milik A6M Zero dan roda
hidung menggunakan komponen dari roda buntut bomber Yokosuka P1Y.
Unit prototipe pertama melakukan ground test di
pabrik Nakajima factory pada 30 Juni 1945. Bulan berikutnya unit tersebut
dibongkar dan dikirim ke Pangkalan Laut Kisarazu dimana unit tersebut dirakit
kembali dan disipakan untuk uji terbang. Penerbangan pertama dilakukan pada 7
Agustus 1945, dengan Lieutenant Commander Susumu Takaoka sebagai pilot. Pesawat
tersebut beraksi dengan baik selama 20 menit uji terbang, dengan perhatian
utama terletak pada panjangnya waktu takeoff run. Untuk uji terbang kedua,
empat hari kemudian, unit Rocket Assisted Take Off (RATO) dipasang pada pesawat
tersebut. Karena adanya salah perhitungan dalam pemasangan unit RATO, sang
pilot salah menyadari bahwa unit RATO tidak menyala dan lalu mematikan mesin
untuk membatalkan take off. Sebagai hasilnya pesawat tersebut tidak dapat
terbang dan akhirnya rusak akibat lewat dari batas runway. Sebelum pesawat
tersebut bisa diperbaiki, Jepang keburu menyrah dan PD II selesai.
Pada saat itu, unit prototipe kedua hampir
terselesaikan, dan sekitar 18 dan 25 unit airframe sedang dalam tahap produksi.
Salah satu diantaranya merupakan versi latih dengan 2 kursi. Versi lainnya yang
diajukan termasuk versi intai dan versi tempur yang dipersenjatai dua pucuk
kanon 30 mm Type 5 dengan amunisi 50 rounds per-pucuk. Unit tersebut
diperkirakan akan menggunakan versi mesin yang lebih canggih dari Ne-20,
diketahui sebagai Ne-20-Kai atau Ne-120, yang mana diperkirakan mempunyai daya
dorong lebih besar 20% hingga 30% dari mesin Ne-20.
Setelah perang berakhir, sebuah unit Kikka diboyong
ke Amerika Serikat untuk dianalisa, berlokasi Patuxent River Naval Air Base,
Maryland. Saat ini unit tersebut 'dikandangkan' di National Air and Space
Museum. Pesawat ini sangat tidak lengkap bagian-bagiannya dan dipercaya
"ditambal' dari berbagai jenis airframe yang semi-komplet.
Dua unit mesin jet Ne-20 juga dibawa ke Amerika
Serikat dan dikirimkan kepada Chrysler Corporation pada tahun 1946 untuk
dianalisa. Hal ini dikemukakan pada tahun 2005 oleh W.I. Chapman, yang pada
saat itu bertanggung jawab atas proyek analisa mesin terebut. Sebuah mesin yang
berfungsi dirakit dari bagian-bagian 2 mesin Ne-20, dan di tes secara ekstensif
selama 11 jam dan 46 menit. Sebuah laporan dikeluarkan pada 7 April 1947, berjudul
"Japanese NE-20 turbo jet engine. Construction and performance".
Dokumen tersebut kini dipajang di Tokyo National Science Museum.
Nakajima Aircraft Company juga mengembangkan
beberapa versi dari pesawat ini. Versi modifikasi pertama didesain untuk
diluncurkan dari ketapel sepanjang 200 meter, selanjutnya versi "Prototipe
Turbojet Serang Khusus Nakajima Kikka-kai". Perbedaan versi ini terletak pada berat total 4,080 kg dan
memiliki kecepatan maksimum 687 km/h at 6,000 m.
General characteristics
General characteristics
* Crew: 1
* Length: 8.13 m (26 ft 8 in)
* Wingspan: 10.00 m (32 ft 10 in)
* Height: 2.95 m (9' 9")
* Wing area: 13.2 m² (142ft²)
* Empty weight: 2,300 kg (5,071 lb)
* Loaded weight: 3,507 kg (7,716 lb)
* Max takeoff weight: 4,088 kg (8,995 lb)
* Powerplant: 2× Ne-20 turbojets, 4.66 kN (475 kgf)
each
Performance
* Maximum speed: 695 km/h (433 mph)
* Range: 937 km (586 mi)
* Service ceiling: 12,303 m (39,370 ft)
* Rate of climb: 387 m/min (1,237 ft/min)
Armament
* Guns: 4 × 20 mm Ho-5 cannon
* Bombs: 1 × 250 kg (551 lb), 500 kg (1,102 lb), or
1,000 kg (2,205 lb) bombs
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar